Sentra Pendidikan Layanan Khusus Ditambah

Kategori: Umum (367 kali dibaca)
Pada tahun 2007, pemerintah berencana menambah dan mengembangkan sentra pendidikan layanan khusus, terutama di wilayah-wilayah bekas bencana, terpencil, dan perbatasan. Upaya ini merupakan bagian penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, khususnya dari jalur pendidikan luar biasa.Hal tersebut disampaikan Direktur Pembinaan Sekolah Luar Biasa Direktorat Jenderal Dikdasmen Depdiknas, Eko Djatmiko, ditemui di sela-sela acara Spirit, ”Kreasi Gemilang Anak-anak Luar Biasa Indonesia", di Bandung, Kamis (16/11). Acara tahunan ini menghadirkan ratusan anak-anak berkebutuhan khusus dari 33 provinsi se-Indonesia.Eko menjelaskan, sentra-sentra pengembangan yang dimaksud diantaranya wilayah Nunukan (Kalimantan Timur), Natuna (Kepulauan Riau), Sangihe Talaud (Sulawesi Utara), dan Rondo (NAD). Daerah-daerah yang menjadi pilot project ini dipilih berdasarkan permintaan dan analisis kebutuhan daerah.”Program (pendidikan layanan khusus atau PLK) ini memang terbilang baru. Setahun terakhir bergulirnya. Sesuai dengan UU Sisdiknas, khususnya Pasal 31, PLK ini ditujukan bagi siswa-siswa yang berada di daerah pelosok, terpencil, komunitas adat terpencil (KAT), daerah konflik, maupun bekas bencana alam,” ungkapnya.Berbeda dengan pendidikan luar sekolah (PLS), sasaran PLK ini adalah siswa-siswa usia wajar dikdas 9 tahun. Keunikan dari program ini, metoda pengajarannya tidak melulu bersifat akademis atau kognitif. Melainkan, dipadukan dengan pembekalan life skill yang tentunya disesuaikan potensi anak didik.Tahun 2006 ini, PLK ini diujicobakan di sedikitnya 12 daerah yang ada di tanah air, diantaranya Lampung, Medan, Batam, Makassar, Sulawesi Tengah dan Mataram. Di antara sejumlah sentra, lokasi pengungsian di Atambua (Nusa Tenggara Timur) dan KAT Suku Anak Dalam (Jambi) menjadi salah satu indikator keberhasilan program.Menurut Eko, program strategis ini diharapkan bisa efektif membantu pencapaian target wajar dikdas, khususnya di daerah yang sulit terjangkau pendidikan jalur reguler. ”Tahun 2006 ini, saya berutang 54.000 anak difabel usia sekolah (wajar dikdas) yang tidak bersekolah. Padahal, jumlah ini baru sepertiga dari seluruh siswa pendidikan khusus,” ujarnya kemudian.Anggaran ditingkatkanUntuk mendukung rencana tersebut, Depdiknas mengimbanginya dengan pengajuan penambahan alokasi anggaran dalam APBN 2007 mendatang. Kenaikannya, mencapai 35 persen dari tahun sebelumnya, yaitu menjadi Rp 365 miliar. Dari total Rp 365 miliar anggaran PSLB, 30 persen diantaranya ditujukan untuk PLK.Agus Prasetyo, penanggung jawab sebuah PLK yang beroperasi di daerah bencana khususnya NAD, menyambut baik penambahan alokasi anggaran tersebut. ”Ini tentunya sangat baik. Bisa mendukung operasional dan pengembangan kualitas tutor. Apalagi, selama ini kegiatan (PLK) ini sifatnya sukarela. Padahal, jangkauan daerah sangat luas,” ucapnya.(JON)

RESUME

1. DATA BUKU :

· Judul Buku : Dasar – Dasar Kependidikan Komponen MKDK
· Penulis : Drs. H. Fuad Ihsan
· Penerbit : Rineka Cipta
· Tebal Buku : 254 Halaman
· Tahun Terbit : Juni 2008

2. RESUME :

v Pengertian dan Faktor-faktor Pendidikan 
Pedagonik atau ilmu pendidikan ialah yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Perkataan Pedagogos yang pada mulanya berarti pelayanan kemudian berubah menjadi pekerjaan mulia. Karena pngertian Pedagoog (dari Pedagogos) berate seseorang yang tugasnya, membimbing anak di dalam pertumbuhannya ke daerah berdiri sendiri dan bertanggung jawab. 
Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahi suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, ejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. 
Pendidikan sebagai salah satu sector yang paling penting dalam pembangunan nasional, dijadikan andalan utama untuk berfungsi semaksimal mungkin dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, dimana iman dan takwa kepada Tuhan YME menjadi sumber motivasi kehidupan segala bidang. 
Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi dan pembentukan keterampilan saja, namun diperluas sehingga mencakup usaha untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan dan kemampuan individu sehingga tercapai pola hidup ribadi social yang memuaskan, pendidika bukan semata-mata saranan untuk persiapan kehidupan yang akan datang, tetapi untuk kehidupan anak ekarang yang sedang mengalami perkembangan menuju ke tingkat kedewasaannya. 
Dalam aktivitas pendidikan, ada enam factor pendidikan yang dapat membentuk pola interaksi atau saling mempengaruhi namun factor integratirnya terutama terletak pada pendidik dengan segala kemampuan dan keterbatasannya. Keenam factor pendidikan tersebut meliputi :
a. Faktor tujuan, 
 Dalam praktek pendidikan, baik lingkungan keluarga, disekolah maupun masyarakat luas, banyak sekali tujuan pendidikan yang diininkan oleh pendidik agar dapat dicapai (dimilik) oleh peserta didiknya. 
b. Faktor pendidik
 Kita dapat membedakan pendidik itu menjadi dua kategori ialah :
- Pendidik menurut kodrat, yaitu orang tua, dan
- Pendidik menurut jabatan, ialah guru.
c. Faktor peserta didik
Dalam pendidikan tradisional, peserta didik dipandang sebagai organisme yang pasif, hanya menerima informasi dari orang dewasa. Kini dengan makin cepatnya perubahan social, dan berkat penemuan teknologi, maka komunikasi antar manusia berkembang amat cepat. Peserta didik dalam usia dan tingkat kelas yang berbeda-beda. Hal ini tergantung kepada konteks yang mendorong perkembangan seseorang.
d. Faktor isi/materi pendidikan
Yang dimaksud dalam arti/materi pendidikan adalah egala sesuatu oleh pendidik langsung diberikan kepada peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Dalam usaha pendidikan yang diselenggarakan keluarga, diseklah, dan dimasyarakat, ada syarat utama dalam pemilihan beban/materi pendidikan, yaitu :
- materi harus sesuai dengan tujuan pendidikan
- materi harus dengan peserta didik
e. Faktor metode pendidikan
Peristiwa pendidikan ditandai dengan adanya interaksi edukatif. Agar interaksi ini dapat berlangsung secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan, maka disamping dibutuhkan pemilihan bahan/matrei pendidikan yang tepat, perlu dipilih metode yang tepat pula. 
f. Faktor situasi lingkungan
Situasi lingkungan mmepengaruhi proses dan haisl pendidikan. Situasi lingkungan ini meliputi lingkungan fisik, lingkungan teknis dan lingkungan sosio-kultural. Dalam hal-hal dimana situasi lingkungan ini berpengaruh secara negatif terhadap pendidikan, maka lingkungan itu menjadi pembatas pendidikan. 


v Fungsi dan Lembaga Pendidikan
  Fungsi pendiidkan dalam arti mikro (sempit) ialah membantu (secara sadar) perkembangan jasmani dan rohani peserta didik. Pada prinsipnya, mendidik ialah memberi tuntunan, bantuan, dan pertolongan kepada peserta didik. Di dalam engertian memberi tuntunan telah tersimpul suatu dasar pengakuan bahwa anak (pihak yang diberi tuntunan) memiliki daya-daya potensi untuk berkembang. 
  Kegiatan pendidikan selalu berlangsung di dalam suatu lingkungan. Dalam konteks pendidikan, lingkungan dapat diartikan, sebagai segala sesuatu yang berada diluar diri anak. Dalam memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak, lingkungan ada yang sengaja diadakan (usaha sadar) yang senagja diciptakan untuk mempengaruhi anak, yaitu : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Di dalam konteks pembangunan manusia seutuhnya, keluarga, sekolah dan masyarakat akan menjadi pusat-pusat kegiatan pendidikan yang akan menumbuhkan dan mengembangkan anak sebagai makhluk individu, sosial, susila, dan religius. Dengan memperhatikan anak adalah individu yang berkembang, ia membutuhkan pertolongan dari orang lain yang telah dewasa, anak harus dapat berkembang secara bebas tapi terarah. Pendidikan harus memberikan motivasi dalam mengaktifkan anak. 
a. Lembaga Pendidikan Keluarga
Keluarga dalah merupakan lingkungan pertama bagi anak, di lingkungan keluaraga pertama-tama anak mendapatkan pengaruh sadar. Karena itu, keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, yang bersifat informal dan kodrati. Lahirnya keluarag sebagai lemabga pendidikan semenjak menusia itu ada. Ayanh dan ibu di dalam keluarga sebagai pendidiknya, dan anak sebagai terdidiknya. Keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama sangat penting dalam membentuk pola kepribadian anak. Karena di dalam keluarga, anak pertama kali berkenalan dengan nilai dan norma. Dari lingkungan keluarga yang harmonis yang mampu memancarkan keteladanan anak-anaknya, akan lahir anak-anak yang memiliki kepribadian dengan pola yang mantap. “masalah kemampuan ekonomi, broken home, rindu kampong, emnerima tamu, dan kurang control orang tua” merupakan faktor penghambat belajar. 
b. Lembaga Pendidikan Sekolah
Sebagai akibat dari perkembangan ilmu dan teknologi dan terbatasnya orang tua dalam kedua hal tersebut, orang tua tidak mampu lagi untuk mendidik anaknya. Untuk menjalankan tugas-tugas tersebut diperlukan orang lain yang lebih ahli. Guru-guru di dalam lembaga pendidikan formal adalah orang dewasa yang mendapatkan kepercayaan dari pemerintah untuk menjalankan tugas-tugas tersebut. Tugas sekolah sangat penting dalam menyiapkan anak-anak untuk kehidupan masyarakat. SEkolah bukan semata-mata sebagai konsumen, tetapi ia juga sebagai produsen dan pemberi jasa yang serat hubungannya dengan pembangunan. Jenis pendiidkan dalam sistem pendidikan nasional terdiri dari pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah. 
Jenis pendidikan sekolah adalh jenis pendidikan yang berjenjang, berstruktur dan berkesinambungan sampai dengan pendidikan tinggi. Jenis pendidikan sekolah mencakup pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, dan pendidikan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Sedangkan pendidikan luar sekolah adalah jenis pendidikan yang tidak selalu terikat oleh jenjang dan struktur persekolahan, tetapi dapat berkesinambungan. Pendidikan luar sekolah menyediakan program pendidikan yang memungkinkan terjadinya perkembangan peserta didik dalam bidang sosial, keagamaan, budaya, keterampilan, dan keahlian. 
c. Lembaga Pendidikan Masyarakat
Masyarakat adalah salah satu lingkungan pendidikan yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi seseorang. Masyarakat mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Peran yang telah disumbangkan dalam rangka tujuan pendidikan nasional yaitu berupa ikut membantu menyelenggarakan pendidikan dengan membuka lembaga pendidikan swasta, membantu pengadaan tenaga biaya, prasarana dan sarana, menyediakan lapangan kerja, baiya, membantu pengembangan profesi baik langsung maupun tidak langsung.
Pendidikan kemasyarakatan adalah usaha sadar yang juga memberikan kemungkinan perkembangan sosial, kultural, keagamaan, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, keterampilan, keahlian (profesi) yang dapat dimanfaatkan rakyat Indonesia untuk mengembangkan dirinya dan membangun masyarakat. 
  Dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan seumur hidup dikelola atas tanggung jawab keluarga, sekolah, dan masyarakat. Masing-masing lembaga tersebut, mempunyai kaitan tanggung jawab yang terpadu dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional. 
  Lingkungan keluarga adalah tempat anak dilahirkan. Waktu baru lahir anak dalam keadaan lemah. Di sinilah pertama kali ia mengenali nilai dan norma. Ia perlu terkait secara sadar dalam mencapai “Idealisme keluarga”. Pendidikan di ingkungan keluarga berfungsi untuk memberikan dasar dalam menumbuhkembangkan anak sebagai makhluk individu, social, susila, dan religius. Hambatan yang mungkin dialami oleh anak dal;am lingkungan pendidikan ini antara lain perhatian orang tua terhadap anak kurang, social ekonomi keluarga kurang mendukung, kasih sayan kurang, tidak ada rasa aman di dalam keluarga, kepercayaan orang tua terhadap anak kurang, inisiatif dan kreativitas anak tidak bisa dikembangkan, dan figure orang tua tidak bisa membangkitkan semangat bagi anak. Dalam keadaan yang istimewa/luar biasa semua keadaan tersebut akan menjadi pendorong mencapai sukses karena ditunjang kemandirian, semangat dan kemauan yang memadai. Yang bertanggung jawab dalam pendidikan keluarga yaitu pimpinan keluarga.
  Sekolah adalah lingkungan kedua bagi anak. Di sekolah ia mendapatkan pendidikan yang intensif. Di sinilah potensi anak akan ditumbuh-kembangkan. Sekolah merupakan tumpuan dan harapan orang tua, masyarakat, dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Anak yang cerdas adalah anak yang mampu memecahkan masalah-masalah sendiri. Untuk menghasilkan anak yang cerdassekolah perlu membekali mereka dengan penalaran, ketrampilan, dan sikap ilmiah yang memadai. Dari individu yang cerdas akan lahir bangsa yang cerdas, bangsa yang mampu memecahkan masalahnya sendiri, tanpa ketergantungan kepada bangsa yang lain. Cara belajar-mengajar yang kurang baik, bahan bacaan yang kurang, bahkan pelajaran yang tidak sesuai dengan kemampuan, penyelenggaraan pendidikan yang kurang baik, kepemimpinan pendidikan yang jelek dan lingkungan yang tidak menunjang kesemuanya akan menjadi penghambat peran sekolah dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional. Yang bertanggung jawab dalam pendidikan ini adalah pemerintah. 
  Di lingkungan masyarakat anak mendapat pendidikan. Masyarakat merupakan lembaga pendidikan ketiga yang ikut bertanggung jawab dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. 
  Melalui pendidikan di masyarakat, anak akan dibekali dengan penalaran, keterampilan, dan sikap makarya, sering juga pendidikan di masyarakat ini dijadikan upaya mengoptimalkan perkembangan diri. Hambatan yang mungkin bisa timbul di lingkungan ini yaitu lingkungan fisik dan non fisik yang tidak menguntungkan tugas yang diberikan lembaga kepada anak. Itu semua akan menghambat bagi anak dalam menjalani pendidikan d lingkungan masyarakat dan menghambat pula bagi peran masyarakat itu sendiri dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional. Partisipasi masyarakat membantu pemerintah dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa sangat diharapkan. 


v Konsep Pendidikan Seumur Hidup dan Berbagai Implikasinya
  Konsep pendidikan seumur hidup merumuskan suatu asas bahwa pendidikan adalah suatu proses yang terus-menerus (kontinu) dari bayi sampai maninggal dunia. Hal ini berarti bahwa setiap manusia Indonesia diharapkan supaya selau berkembang sepanjang hidup, dan di lain pihak masyarakat dan pemerintah diharapkan agar dapat menciptakan situasi yang menantang untuk belajar. Prinsip ini berarti, masa sekolah bukanlah satu-satunya masa bagi setiap orang untuk belajar, melainkan hanya sebagian dari waktu belajar yang ajkan berlangsung seumur hidup. 
  Sebagai suatu konsep, maka pendidikan seumur hidup diartikan sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman-pengalaman pendidikan.
  Hal ini berarti pendidikan akan meliputi seluruh rentangan usia dan usia yang paling muda sampai paling tua dan adanya basis institusi yang amat berbeda dengan basis yang mendasarkan persekolahan konsensional.
  Belajar seumur hidup dimaksudkan adalah orang-orang yang sadar tentang diri mereka sebagai pelejar seumur hidup, melihat belajar baru sebagai cara yang logis untuk mengatasi problema dan terdorong tinggi sekali untuk belajar di seluruh tingkat usia dan menerima tantangan dan perubahan seumur hidup sebagai pemberi kesempatan untuk belajar baru.
  Dalam keadaan demikian perlu adanya sistem pendidikan yang bertujuan membantu perkembangan orang-orang secara sadar dan sistematik merespons untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka seumur hidup (pelajar dan belajar seumur hidup).
  Dalam konsep pendidikan seumur hidup, pendidkan sekolah maupun pendidikan luar sekolah yang dilembagakan, dan yang tidak dilembagakan saling mengisi dan saling memperkuat.
ü Pendidikan sekolah adalah pendidikan disekolah yang teratur, sistematis, mempunyai jenjang dan yang dibagi dalam waktu-waktu tertentu yang berlangsung dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. 
ü Pendidikan luar sekolah yang tidak lembagakan adalah proses pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar ataupun tidak sadar, pada umumnya tidak teratur dan tidak sistematis, sejak seseorang lahir sampai mati.
ü Pendidikan luar sekolah yang dilembagakan adalah bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan senagja, tertib, tertarah, da berencana di luar kegiatan di luar sekolah. 
  Pada umunya pendidikan seumur hidup diarahkan pada orang-orang dewasa dan pada anak-anak dalam rangka penambahan pengetahuan dan keterampilan mereka yang sangat dibutuhkan didalam hidup. 
a. Pendidikan seumur hidup kepada orang dewasa
  Sebagai generasi penerus, akum muda/dewasa membutuhkan pendidikan seumur hidup ini dalam rangka pemenuhan “self interest” yang merupakan tututan hidup mereka seoanjang masa.
b. Pendidikan seumur hidup bagi anak
 Pendidikan semur hidup bagi anak merupakan sisi lain yang perlu memperoleh perhatian dan pemenuhan oleh karena anak akan menjadi “tempat awal” bagi orang dewasa nantinya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. 
 Program kegiatan disusun mulai peningkatan kecakapan baca tulis, keterampilan dasar dan mempertinggi daya ikir anak, sehingga memungkinkan anak terbiasa untuk belajar, berpikir kritis dan mempunyai pandangan kehidupan yang dicita-citakan pada masa yang kan datang.
  
Enam implikasi pendidikan seumur hidup pada program pendidikan :
1. Pendidikan Baca Tulis Fungsional
Pendidikan baca tulis fungsional disamping merupakan isi program sekaligus juga merupakan sarana terlaksananya pendidikan seumur hidup. Namun kemampuan membaca menulis apabila tidak ditunjang oleh tersedianya bahan-bahan bacaan tidak ada artinya. Sebab itu, raelisasi baca tulis fungsional itu harus membuat dua al, yaitu :
- memberikan kecakapan membaca, menulis, menghitung (3M) yang fungsional bagi anak didik, dan
- menyediakan bahan-bahan bacaan yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut kecakapan yang telah dimilikinya itu.  
2. Pendidikan Vokasional
 Pendidikan vokasional ini tidak boleh dipandang sekali jadi lantas selesai. Kemajuan teknologi, tentang otomasi (otomation), dan makin meluasnya industrialisasi memuntut pendidikan vokasional it uterus-menerus.
3. Pendidikan Profesional
 Dalam tiap-tiap profesi hendaknya telah tercipta built-in mechanism yang memungkinkan golongan professional itu selalu mengikuti perubahan dan kemajuan dalam metode perlengkapan, teknologi dan sikap profesionalnya. Ini merupakan realisasi dari pendidikan seumur hidup.
4. Pendidikan ke Arah Perubahan dan Pembangunan 
 Pendidikan bagi anggota masyarakat dari berbagai golongan usia agar mereka mampu mengikuti perubahan social dan pembangunan merupakan konsekuensi penting darpada asas pendidikan seumur hidup. 
5. Pendidikan Kewargaan Negara dan Kedewasaan Politik
 Dalam alam pemerintahan dan masyarakat yang demokatis, maka kedewasaan warga Negara dan para pemimpinnya dalam kehidupan bernegara sangat penting. Untuk itu program pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik itu merupakan bagian yang penting dari pendidikan seumur hidup.
6. Pendidikan Kultural dan Pengisian Waktu Luang
 Spesialisasi yang berlebih-lebihan dalam masyarakat, bahkan yang telah dimulai pada usia muda dalam program pendidikan formal di sekolah, mambuat manusia menjadi berpandangan sempit pada bidangnya sendiri, buta kekayaan nilai-nilai cultural yang terkandung dalam warisan budaya masyarakat sendiri. 


v Peranan Keluarga dan Masyarakat dalam Pendidikan
Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dfalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidkan yang diterima dalam keluarga inilah yang akan digunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah. Tugas dan tanggung jawab orang tua dalam keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya lebih bersifat pembentukan watak, budi pekerti, latihan keterampilan dan pendidikan kesosialan. 
Dalam rangka pelaksanaan pendidikan nasional, peranan keluarga sebagai lembaga pendidikan semakin tampak dan penting. Peranan keluarga terutama dalam penanaman sikap dan nilai hidup, pengembangan bakat dan minat serta pembinaan bakat dan kepribadian. Sehubungan dengan itu, penanaman nilai-nilai Pancasila, nilai-nilai keagamaan dan nilai-nilai kepercayn terhadap Tuhan Yang Maha Esa dimulai dalam keluarga. Agar keluarga dapat memainkan peran tersebut, keluarga perlu juga dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan pendidikan, perlu adanya pembianaan. Hal ini dapat dicapai melalui pendidikan kemasyarakatan terutama pendidikan orang dewasa dan pendidikan wanita. 
Sedangkan masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang ketiga setelah pendidikan di lingkungan keluarga dan pendidikan lingkungan sekolah. Bila dilihat ruang lingkup masyarakat, banyak dijumpai keanekaragaman bentuk dan sifat masyarakat. Namun justru keanekaragaman inilah dapat memperkaya bangsa Indonesia. 
Lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat adalah salah satu unsur pelaksana asas pendidikan seumur hidup. Pendidikan yang diberikan di lingkungan keluarga dan sekolahsangat terbatas, di masyarakatlah orang akan meneruskannya hingga akhir hidupnya. Seagal pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dilingkungan pendidikan keluarga dan di lingkungan sekolah akan dapat berkembang dan dirasakan manfaatnya dalam masyarakat. Peranan masyarakat tersebut dilaksanakan melalui jalur-jalur :
a. Perguruan swasta
Perguruan swasta mempunyai tanggung jawab dan peranan yang penting dalam usaha ikut serta melaksanakan pendidikan nasional. Karena itu pertumbuhan dan kemampuannya perlu dikembangkan berdasarkan pola pendidikan nasional yang mantap dengan tetap mengindahkan ciri khas perguruan yang bersangkutan. Ynag dimaksud perguruan swasta yaitu usaha-usaha dari masyarakat yang secara langsung mengelola dan menyelenggarakan pendidikan formal.
b. Peranan Dunia usaha
Sebagai bagian dari masyarakat, dunia usaha mempunyai kaitan yang erta denan unsur-unsur kehidupan masyarakat, termasuk disini adalah pendidikan. Hubungan dunia usaha dengan pendidikan dapat dilihat dari dua segi, yaitu :
- Dunia usaha sebagai konsumen pendidikan, dalam arti dunia usaha memanfaatkan dan mengambil dari hasil pendidikanyang berupa lulusan.
- Dunia usaha sebagai pengembang dan pelaksana dalam penyelenggaraan sistem pendidikan.
Peranan dan partisipasi dunia usaha di dalam penyelengaraan sistem pendidikan nasional perlu diatur dan dikelola dengan peraturan perundang-undangan oleh pemerintah agar peran sertanya lebih efektif dan efisien. 
c. Peranan kelompok profesi
Di dalam masyarakat yang sedang membangun keterampilan dan keahlian sangat diperlukan, sehingga dengan sendirinya kelompok profesi sangat penting dan menetukan. Kita sadari bahwa pembinaan keterampilan dan keahlian ini adalah merupakan bidang garap dalam proses pendidikan. Karena itu peranan kelompok profesi menjadi penting pula dalam pelaksanaan sistem pendidikan nasional.
Peranan kelompok profesi dalam system pendidikan nasional antara lain :
- Merencanakan dan menyelenggarakan latihan keterampilan dan keahlian;
- Menjamin dan menguji kualitas keterampilan dan keahlian tersebut; dan
- Menyediakan tenaga-tenaga pendidikan untuk berbagai jenis pendidikan, terutama pendidikan kemasyarakatan dan pendidikan khusus. 
d. Peranan lembaga swasta nasional lainnya
Kecuali peranan perguruan swasta, dunia usaha dan kelompok profesi, di dalam masyarakat berkembang pula lembaga-lembaga swasta nasional yang mengelola dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan social, kebudayaan, keagamaan, penelitian, keterampilan, dan keahlian. 
Peranan lembaga swasta nasional itu terutama diharapkan dalam rangka pelaksanaan pendidikan kemasyarakatan melalui kegiatan-kegiatan pendidikan yang mempunyai efek sosial.


v Pengaruh Timbal Balik Antara Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat
Kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara terus-menerus perlu dikembangkan kepada setiap orang tua, mereka juga perlu dibekali teori-teori pendidikan modern sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan demikian tingkat dan kualitas materi pendidikan yang diberikan dapat digunakan anak untuk menghadapi lingkungan yang selalu berubah. Upaya yang dapat ditempuh meningkatkan kualitas diri orang tua antara lain dengan cara belajar seumur hidup. 
Pembinaan pendidikan yang dilakukan kepada anak dalam lingkungan keluarga akan membentuk sikap, tingkah laku, cara merasa dan mereaksi anak terhadap lingkungan. Untuk memahami usaha pembinaan dan rasa tanggung jawab pendidikan yang dilakukan oleh sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, ada baiknya dikemukakan beberapa pengertian yang berkaitan dengan pendidikan informal, formal, dan non formal. 
- Pendidikan formal adalah usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, berencana, terarah, dan sistematis di luar lingkungan keluarga.
- Pendidikan informal adalah usaha pendidikan yang diselenggararakan secara sengaja, tetapi tidak berencana, dan tidak sistematis di luar lingkungan keluarga.
- Pendidikan non formal adalah pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja dan berencana tetapi tidak sistematis di luar lingkungan sekolah dan keluarga. 
Semua usaha pendidikan yang diselenggarakan oleh ketiga lemabga pendidikan diatas, tertuju pada satu tujuan umum, yaitu untuk membentuk peserta didik mencapai kedewasaannya, sehingga ia mampu berdiri sendiri dalam masyarakat sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dilingkungan masyarakatnya. Dengan demikian semua usaha pendidikan membantu perkembangan dirinya. 
Masyarakat bila dilihat dari konsep sosiologi adalah sekumpulan manusia yang bertempat tinggal dalam suatu kawasan dan saling berinteraksi sesamanya untuk mencapai tujuan. Bila dilihat dari konsep pendidikan, masyarakat adalah sekumpulan anyak orang dengan berbagai ragam kualitas diri mulai dari yang tidak berpendidikan sampai kepada yang berpendidikan tinggi. 
Dilihat dari lingkungan pendidikan, masyarakat disebut lingkunga n pendidikan non formal yang memberikan pendidikan secara sengaja dan berencana kepada seluruh anggotanya tetapi tidak sistematis. 
· Pengaruh Timbal Balik antara Sekolah dengan Masyarakat
a. Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Sebagai masyarakat kecil dan sebagai bagian dari masyarakat, sekolah harus membina hubungan dengan keluarga dan masyarakat. Di dalam masyarakat banyak kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok-kelompok masyarakat. Ikut berpartisipasi dengan masyarakat merupakan hubungan erat antara sekolah dengan masyarakat. Namun perlu diingat batas-batas kerjasama tersebut, sehingga tidak mengganggu dan merusakkan tugas pokok sebagai petugas dan penanggung jawab misi sekolah, dan sekolah jangan sampai dieksploitasi untuk kepentingan mereka. 
Adapun jenis-jenis kelompok masyarakat yang terorganisasi adalah sebagai berikut :

1. Civics (kelompok kewargaan)
Termasuk kelompok ini misalnya Darma Wanita, LKMD, RW, RT. Biasanya kelompok ini mempunyai rogram. Adapun masalah yang menjadi program dalam civics ini antara lain masalah pendidikan untuk pere anggotanya sediri, kesehatan, kesejahteraan social, pendidikan anak dan remaja, rekreasi, dan lain-lain.
2. Cultural (kelompok budaya)
Kelompok masyarakat ini bergerak dibidang kesenian atau ciptaan manusia (hasil budidaya manusia) lainnya, seni musik, drama, arsitektur. Tujuannya untukmengembangkan bakat mereka sesuai dengan bidang minat. 
3. Economics (kelompok ekonomi)
Kelompok masyarakat ini bergerak di bidang usaha, misalnya industri, himpunan pedagang, dan kelompok tani. Adapun tujuannya adalah mengembangkan usaha mereka, mencari untung. Ada juga menaruh perhatian terhadap pendidikan misalnya dengan cara membantu memberikan penerangan akan usaha mereka, bahkan ada yang memberi bea siswa.
4. Religius (kelompok ketuhanan)
Kelompok ini bergerak dibidang keagamaan. Tujuannya meningkatkan nilai-nilai moral dan spiritual. Kegiatan mereka ada yang disekolah misalnya mendirikan sekolah dan ada yang d masyarakat. Sekolah dapat bekerja sama dengan kelompok ini namun harus hati-hati dan bijaksana artinya harus memperhatikan kondisi murid-murid, orang tua dan masyarakatnya, sehingga tidak mengganggu dan merugikan program sekolah maupun kerukunan antar umat beragama. 
5. Wealfare (kelompok kesejahteraan)
Sesuai dengan namanya kelompok ini bergerak dibidang kesejahteraan atau social, misalnya kesehatan, pemeliharaan anak-naka terlantar, gerakan orang tua asuh.
6. Youth (kelompok kepemudaan)
Kelompok ini bergerak dibidang kepemudaan misalnya organisasi pemuda, karang taruna, pramuka. Kegiatannya bermacam-macam misalnya kesehatan, olahraga, kesenian, agama, keterampilan, perekonomian, dan lain-lain. 
7. Professional (kelompok ahlI)
Kelompok ini bergerak dibidang keahlian masing-masing. Misalnya dokter, hokum, farmasi, mesin, bangunan. Karena keterbatasan narasumber atau ahli yang serba bisa di sekolah maka sekolah dapat memanfaatkan mereka untuk ikut serta memberikan pendidikan anak. Jadi mereka sebagai narasumber sekolah. 

b. Pengaruh sekolah terhadap masyarakat 
Sekolah merupakan salah satu lembaga masyarkat. Di dalamnya terdapat reaksi dan interaksi antar warganya. Warga sekolah tersebut adalah guru, murid, tenaga administrasi sekolah, serta petugas sekolah lainnya. Dalam mengemban fungsi sekolah sebagai lembaga pengembangan masyarakat, guru mempunyai peranan yang cukup penting, selain sebagai pengajar disekolah, ia juga sebagai pemimpin masyarakat baik masyarakat luar sekolah maupun masyarakat sekolah. 
 Makin luas sebaran produk sekolah ditengah-tengah masyarakat dan makin meningkat kualitasnya maka produk sekolah tersebut telah membawa pengaruh positif terhadap perkembangan masyarakat. Setidak-tidaknya ada empat macam yang bisa diperankan oleh sekolah terhadap perkembangan masyarakat. Keempat pengeruh tersebut adalah :
1. mencerdaskan kehidupan bangsa.
2. membawa virus pembaruan bagi perkembangan masyarakat.
3. melahirkan warga masyrakat yang siap dan terbekali bagi kepentingan kerja dilingkungan masyarakat.
4. melahirkan sikap positif dan konstruksif bagi warga masyarakat, sehingga tercipta integrasi social yang harmonis di tengah-tengah masyarakat.

c. Pengaruh masyarakat terhadap sekolah
Dalam orientasi dan tujuan pendidikan jelas sedikit banyak akan diwarnai oleh masyarakatnya mengingat sekolah merupakan lembaga masyarakat, sekolah berada ditengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu, wajar bila kurikulum sering diadakan perubahan dan tujuan pendidikan rmusannya mengalami perubahan mengingat keadaan masyarakat memang beekembang dan berubah pula. 
Sedang proses pendidikan sering mengalami perubahan. Misalnya diterapkan proses belajar menagjar dengan pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), penggunaan modul paket belajar, mesin pengajar dan lain-lain semata-mata karena kemajuan baik di masyarakat maupun di sekolah itu sendiri. Kemajuan di masyarakat tidak sekedar kemajuan peradaban saja hingga mampu menopang kebutuhan sekolah. 
Dengan demikian dapat disimpulkan pengaruh dan peranan masyarakat terhadap sekolah adalah :
1. sebagai arah dalam menentukan tujuan.
2. sebagai masukan dalam menentukan proses belajar mengajar.
3. sebagai sumber belajar.
4. sebagai pemberi dana dan fasilitas lainnya.
5. sebagai laboratorim guna pengembangan dan penelitian sekolah.


v Sistem Pendidikan Nasional
Istilah sistem dari bahasa Yunani “systema”, yang berarti sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan. Setiap sistem mempunyai tujuan. Adanya tujuan yang harus dicapai oleh suatu sistem menuntut terlaksananya berbagai fungsi yang diperlukan untuk menunjang usaha mencapai tujuan tersebut. Bagian suatu sistem yang melaksanakan suatu fungsi untuk menunjang usaha mencapai tujuan sistem disebut komponen. Jadi, sistem ini terdiri dari komponen-komponen, dan masing-masing komponen mempunyai fungsi khusus. Semua komponen dalam suatu sistem saling berhubungan satu sama lain, saling memepengaruhi dan saling membutuhkan. Semua sistem mempunyai misi untuk mencapai suatu tujuan, untuk itu diperlukan suatu proses yang memproses masukan (input) menjadi hasil-hasil (output). Untuk mengetahui apakah masing-masing fungsi terlaksana dengan baik diperlukan fungsi control yang mencakup monitoring dan koreksi, hasil monitoring dijadikan dasar pertimbangan untuk melaksanakan perubahan-perubahan, penentuan, perbaikan, atau penyesuaian-penyesuaian agar masing-masing berprestasi tinggi. 
Setiap unsur dalam sistem pendidikan ini saling berkaitan dan mempengaruhi. Kelemahan salah satu unsur dalam sistem tersebut akan mempengaruhi seluruh system pendidikan itu. Oleh karena itu, dalam usaha mengembangkan sistem pendidikan, setiap unsur pokok dalam sistem pendidikan harus mendapatkan perhatian dan pengembangan yang utama. 
Sebagai suatu sistem, pendidikan nasional mempunyai tujuan yang jelas, seperti yang dicantumkan pada undang-undang pendidikan bahwa pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional itulah dilaksanakan proses pendidikan si Indonesia. Setiap lima tahun sekali biasanya ditetapkan tujuan pendidikan nasional itu dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, dan dijelaskan dalam Garis-garis Besar haluan Negara (GBHN).
Sebagai dasar Negara, pandangan hidup bangsa, Pancasila merupakan pedoman yang menunjukkan arah, cita-cita dan tujuan bangsa. Karena itu, Pancasila harus menjadi semua dasar kegiatan pendidikan di Indonesia. Slain berdasarkan Pancasila, pendidikan nasional juga bercita-ciota membentuk manusia Pancasilais, yaitu manusia Indonesia yang menghayati dan mengamalkan Pancasila dalam sikap perbuatan dan tingkh lakunya, baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 
Melalui sistem pendidikan nasional diharapkan setiap rakyat Indonesia mempertahankan hidupnya, mengembangkan dirinya dan secara bersama-sama membangun masyarakatnya. Pada dasarnya, melalui system pendidikan nasional, setiap rakya Indonesia harus mampu menghayati niali-nilai itu secara kreatif serta dapat meningkatkan kemampuan memperoleh dan menciptakan pekerjaan melalui bermacam-macam kemungkinan.
· Kurikulum/Program Pendidikan
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional disusunlah kurikulum yang memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan. 
Pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam setiap jenjang pendidikan didasarkan kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan, serta kebutuhan lingkungan dan cirri khas satuan pendidikan yang bersangkutan. 
 Untuk kelancaran proses pelaksanaan pendidikan nasional yang berasaskan Bhinneka Tunggal Ika maka dsecara desentralisasi. Kewenangan dalam aspek-aspek tertentu dari pengelolaan dan pelaksanaan sistem pendidikan nasional itu perlu dilimpahkan ke daerah-daerah tingkat I/provinsi. Dengan demikian, disetiap provinsi perlu dibentuk dewan pendidikan daerah yang diketahui oleh gubernur kepala daerah. 
 

v Pendidikan Agama di Indonesia
Kemajuan ilmu dan teknologi yang makin canggih dewasa ini telah menimbulkan berbagai macam perubahan dalam kehidupan manusia, temasuk perubahan dalam tatanan sosial dan moral yang dahulu sangat dijunjung tinggi, kini tampaknya meluncur kepada kurang diindahkan. Kehidupan manusia makin bertambah mudah dengan penemuan berbagai ilmu dan teknologi, sehingga jarak antara dua tempat yang selama ini dianggap sangat jauh terasa dekat. Ruang dan waktu seolah-olah bukan factor penghalang bagi kegiatan manusia untuk melakukan kegiatan tertentu. Informasi tersebar dengan amat cepatnya. Persaingan hidup makin terasa keras. Pertambahan ilmu secara kognitif makin banyak yang harus dikuasai atau diketahui para peserta didik bila tidak ingin tertinggal dari perkembangan ilmu dan teknologi. 
Namun, dibalik kemajuan yang demikian pesat itu, mulai terasa pengaruh yang kurang menggembirakan, yaitu mulai tampak dan terasa nilai-nilai luhur agama, adat dan noram social yang sealam ini sangat diagungkan bangsa Indonesiamulai menurun, bahkan kadangkala diabaikan, karena ingin meraih keduksesan tersebut. Banyak tingkah laku manusia termasuk tingkah laku sebagian peserta didik yang mencemaskan orang banayk seperti perkelahian pelajar, terlibat dengan masalah narkotik, pergaulan bebas, membunuh diri dan sebagainya yang sebelum tahun 1945 jarang kedengaran. Ini merupakan salah satu dampak kemajuan ilmu dan teknologi yang telah memasuki generasi mudanya. 
Untuk menangkal kesemuanya ini salah satu upaya yang dianggap ampuh adalah melelui jalur pendidikan, terutama pendidikan agama, khususnya agama Islam. Ajaran dan aturan yang terdapat di dalamnya sudah baku dan mutlak karena ia dalah ketetuan Tuhan Maha Pencipta. Ia bukan buatan manusia. Perlu dsadari, bahwa tidak ada ajaran selain Islam yang bertujuan merusak manusia dengan seluruh alam ini, tapi sebaliknya. Sebab itu penanaman nilai-nilai luhur agama ini harus diupayakan menjadi milik peserta didik. Dalam hal ini peranan guru agama sebagai ujung tombak sangat memegang peranan utama, sebab orang yang sangat dipercayanya kedua orang tuanya adalah guru. Peranan Sekolah Dasar dalam mengkomunikasikan dan mentransformasikan nilai-nilai agama ini menjadi modal dasar bagi semua peserta didik untuk dikembangkan di tingkat pendidikan lanjutannya. Sebab itu kerjasama secara terpadu dari semua unsure di lembaga pendidikan ini merupakan kunci kesuksesan pendidikan agama di SD. 
Nilai-nilai agama yang sifatnya mutlak itu amat diperlukan dalam kehidupan dan berguna bagi umat manusia dalam upaya memperolah ridha Allah SWT sebagai perwujudan bahwa suruhan dan larangan-Nya ditaati. 
Upaya-upaya yang dilakukan oelh pendidik untuk menjadikan nilai-nilai luhur agama itu menjadi bagian dari diri peserta didik di lembaga pendidikan formal perlu dilakukan secara sistematis dan terpadu oleh semua unsur pendidikan yang ada dilembaga pendidikan tersebut. Upaya-upaya yang dilakukan itu antara lain dengan jalan menciptakan pergaulan yang bersifat mendidik, keteladanan yang mencerminkan perilaku dan tingkah laku yang dapat dihayati mereka baik secara individual maupun secara bersama-sama di sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Dan mereka diajak mengamalkannya dengan berbagai cara seperti melakukan shalat bersama di sekolah, mengadakan perayaan-perayaan hari besar Islam dan sebagainya.
Pergaulan yang dilakukan atas dasar kasih sayang ini akan menimbulkan rasa keakraban dan keterdekatan peserta didik dengan pendidiknya, sehingga proses transformasional berjalan dengan mulus. Pergaulan yang bersifat pedagogis ini direncanakan sebaik mungkin dan wajar, sehingga menimbulkan kesan yang mendalam ke dalam jiwa mereka. 
Untuk kesuksesan transformasi dan internalisasi yang dilakukan, perlu dikaji ulang upaya-upaya pedagogis yang telah dilakukan selama ini untuk menelaah kekuatan dan kelemahan upaya tersebut untuk segera disempurnakan. 
 Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang ditetapkan adalah dasar Negara, kepribadian, tujuan dan pandangan hidup bangsa Indonesia.
 Sebagai dasar Negara, pandangan hidup bangsa, Pancasila merupakan pedoman yang menunjukkan arah, cita-cita, dan tujuan bangsa. Demikian pula halnya dengan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia. Pancasila menjadi dasar system nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila sehingga pendidikan nasional Indonesia adalah pendidikan Pancasila. 
 Karena itu, Pancasila harus menjadi semua dasar kegiatan pendidikan di Indonesia. Selain berdasarkan Pancasila, pendidikan nasional juga bercita-cita untuk membentuk manusia, Pancasilais, yaitu manusia Indonesia yang menghayati dan mengamalkan Pancasila dalam sikap perbuatan dan tingkah lakunya baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
 Melalui sistem pendidikan nasional diharapkan setiap rakyat Indonesia mempertahankan hidupnya, mengembangkan dirinya dan secara bersama-sama membangun masyarakatnya.
 Pendidikan di Indonesia mempunyai landasan Ideal adalah Pancasila, landasan konstitusional ialah UUD 1945 dan landasan operasional ialah Ketetapan MPR tentang GBHN. 

v Demokrasi Pendidikan
Demokrasi pendidikan dalam pengertian yang luas yang patut selalu dianalisis sehingga memberikan manfaat dalam praktek kehidupan dan pendidikan mengandung tiga hal, yaitu :
a. Rasa hormat terhadap harkat sesama manusia.
b. Setiap manusia memiliki perubahan ke arah pikiran yang sehat.
c. Rela berbakti untuk kepentingan/kesejahteraan bersama. 
Dalam setiap pelaksanaan pendidikan selalu terkait dengan masalah-masalah, antara lain :
1. Hak asasi setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan.
2. Kesempatan yang sama bagi warga negara untuk memperolah pendidikan.
3. Hak dan kesempatan atas dasar kemampuan mereka. 
Dari prinsip-prinsip diatas dapat dipahami bahwa ide dan nilai demokrasi pendidikan itu sangat banyak dipengaruhi oleh alam pikiran, sifat dan jenis masyarakat diaman mereka berada, karena dalam kenyataannya bahwa pengembangan demokrasi pendidikan dan penghidupan masyarakat. Misalnya masyarakat agraris akan berbeda dengan masyarakat metropolitan dan modern dan sebagainya.  
Untuk menghadapi dan mengatasi masalah baru dalam penghidupan yang kompleks diperlukan pendidikan yang lebih terorganisasi. Hal ini dimungkinkan karena adanya kebebasan untuk mengadakan kreasi, untuk membagi tugas dan berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan-keputusan penting. Dalam masyarakat yang demokratis individu dan kelompok dipandang sebagai organisasi yang tumbuh, dinamis dan kreatif. Pemimpin berkewajiban untuk memperluas penyelifdikan mengenai nilai-nilai demokrasi dan artinya bagi penghidupan, terutama dalam usaha pendidikan (education enterprise). Ada beberapa pernyataan yang penting yang menyangkut kepemimpinan dan pemimpoin yang dermokratis. 
Penyelidikan tentang “hubungan pesanan yang diamati” (perceived role relationship) banyak menjelaskan tentang sifat kepemimpinan, sedangkan “pandangan perceptual tentang perbuatan” (the perceptual view behavior) banyak pula mendapat dukungan. Hasil berbagai riset sangat bermanfaat. Pemimpin yang mengusahakan perbaikan selalu berusaha untuk mengembangkan potensi-potensi kepemimpinan pada orang lain.  
Untuk men-tes pimpinan yang potensial orang mengahadapi berbagai kesulitan, tetapi yang jelas ialah bahwa kepemimpinan tidak cukup hanya didasarkan pada pengangkatan saja. Pendidikan kepemimpinan hendaknya lebih diperhatikan. Demikian juga kriteria untuk dipergunakan dalam proses penilaian mengajar dengan memperhatikan 5 pernyataan umum konsep-konsep penting. 
Guru-guru yang merasakan iklim kerja yang demokratis akan mempunyai kecendurangan untuk menciptakan suasana yang sama dalam kelasnya. Adalah sangat penting untuk secara terus-menerus menganalisis dan merumuskan kembali nilai-nilai demokrasi sebab hasilnya akan banyak menentukan masa yang akan datang. 
Sebenarnya bangsa Indonesia telah menganut dan mengembangkan asas demokrasi dalam pendidikan sejak diproklamasikannya kemerdekaan hingga masa pembangunan sekarang ini. Hal ini dapat dilihat pada apa yang terdapat dalam :
a. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pelaksanaan demokrasi pendidikan tidak hanya terbaats pada pemberian kesempatan belajar tetapi juga mencukupi fasilitas pendidikan sesuai jenis dan jenjang pendidikan yang dibutuhkan masyarakat dengan tetap berorientasi kepada peningkatan mutu, dan relevansi pendidikan atau keserasian antara pendidikan dengan lapangan kerja yang tersedia. Dengan demikian semua lapisan masyarakat melalui lembaga-lembaga social dan keagamaan akan mungkin menyelenggarakan pendidikan dengan mengikuti petunjuk arah dan pedoman yang telah dibuat dan disepakati sebagai standar dalam keseragaman pelaksanaan pendidikan. 
 Tujuan dan tanggung jawab kepemimpinan pendidikan yang demokratis ialah untuk memperbaiki pengajaran disekolah. Inti peningkatan pengajaran ialah memperbesar efektivitas guru dalam kelas. Praktek kepemimpinan yang demokratis ialah membantu guru-guru untuk memandang dirinya secara positif, memungkinkan untuk menerima mereka sendiri dan orang-orang lain serta memberikan kesempatan yang luas untuk mengidentifikasikan siri dengan teman-teman sejawatnya. Ikut memiliki kebebasan dan tanggung jawab memungkinkan guru-guru untuk memberikan kesempatan kepada pelajar-pelajar untuk memandang dirinya sebagai warga Negara yang bertanggung jawab dan anggota penyumbang dalam masyarakat.
 Penggunaan metode kepemimpinan yang demokratis oleh personal pendidikan memungkinkan guru-guru untuk mambina kelas secara demokratis pula dengan meletakkan titik berat pada aktivitas bersama dengan penghargaan akan keperluan, integritas, dan potensi semua anggota kelompok. Kelas yang demikian menyediakan kesempatan luas untuk memperoleh sukses dan hasil yang kreatif.
 Pada waktu sekarang keamanan dan keadilan social dirasakan sangat penting, terutama dengan keinginan baru dalam dunia sebagai akibat revolusi industri yang mencengkeram penghidupan. Adalah menjadi tanggung jawab kita untuk mengusahakan agar keseimbangan dalam tujuan tidak mengarah kepada konformitas dan rasa aman dengan merugikan kemerdekaan dan tanggung jawab pribadi.
 Pemimpin-pemimpin dalam bidang pendidikan harus memperbarui kepercayaan dalam melaksanakan ideology demokrasi, sehingga orang-orang lebih yakin lagi. Adalah menjadi kewajiban kita pula untuk secara terus-menerus mengadakan analisis dan perumusan kembali nilai-nilai demokrasi. Apa yang terjadi dalam kelas merupakan bagian integral yang penting dalam proses penentuan apakah karya (penemuan) dan kreativitas seseorang akan lebih diperhitungkan dan dihargaii daripada hanya merupakan cambuk untuk kegiatan.
 Apa yang sekarang kita ketahui dan manfaatkan dari kepemimpinan yang demokratis akan banyak membebaskan manusia dari berbagai ikatan, sehingga dengan demikian akan banyak menentukan bagaimana masa yang akan datang. 

v Inovasi Pendidikan
Inovasi berasal dari kata latin, innovation yang berarti pembaruan dan perubahan. Inovasi ialah suatu perubahan yang baru menuju kea rah perbaikan, yang lain atau berbeda dari yang ada sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan berencana (tidak secara kebetulan). Selanjutnya dijelaskan bahwa sesuatu yang baru itu, mungkin sudah lama dikenal, tetapi belum dilakukan perubahan. DEngan demikian, dapat disimpulkan bahwa inovasi adalah perubahan, tetapi tidak semua perubahan merupakan inovasi. 
Tujuan inovasi pendidikan adalah meningkatkan efisiensi, relevansi, kualitas, dan efektivitas : sarana serta jumlah peserta didik sebanyak-banyaknya, dengan hasil pendidikan sebesar-besarnya (menurut criteria kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan pembangunan), dengan menggunakan sumber, tenaga, uang, alat, dan waktu dalam jumlah yang sekecil-kecilnya. Adapun masalah-masalah yang menuntut diadakan inovasi pendidikan di Indonesia, yaitu :
a. Perkembangan ilmu pengetahuan, menghasilkan kemajuan teknologi yang mempengaruhi kehidupan social, ekonomi, politik, pendidikan dan kebudayaan bangsa Indonesia. 
b. Laju eksplosi penduduk yang cukup pesat, yang menyebabkan daya tampung, ruang dan fasilitas pendidikan yang sangat tidak seimbang.
c. Melonjaknya aspirasi mesyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik, sedangkan (di pihak lain) kesempatan sangat terbatas.
d. Mutu pendidikan yang dirasakan makin menurun, yang belum mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
e. Belum mekarnya alat organisais yang efektif, serta belum tumbuhnya suasana yang subur dalam masyarakat untuk mengadakan perubahan-perubahan yang dituntut oleh keadaan sekarang dan yang akan datang. 
Berbagai upaya dalam inovasi pendidikan antara lain :
a. Proyek Perintis Sekolah Pembangunan
PPSP adalah salah satu proyek dalam rangka program pendidikan yang ditugaskan untuk mengembangkan satu sistem pendidikan dasar dan menengah yang :
- efektif dan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan individu yang diwujudkan melalui program pendidikan yang sesuai;
- merupakan dasar bagi pendidikan seumur hidup; dan
- efisien dan realities, sesuai dengan tingkat kemampuan pembiayaan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah. 
b. Proyek Pamong
Pamong singkatan dari Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang Tua, dan Guru. Tujuan proyek pamong untuk menemukan alternatif sistem penyampaian pendidikan dasar yang bersifat efektif, ekonomis, dan merata, yang sesuai dengan kondisi kebanyakan daerah di Indonesia. Jadi, dengan sistem Pamong, anak-anak/siswa dapat belajar sendiri dengan bimbingan tutor, atau anggota masyarakat, serta bimbingan orang tua. Pengajaran yang diberikan memperhatikan kesanggupan anak. 
c. SMP Terbuka
Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMPT) adalah Sekolah Menengah Umum Tingkat Pertama, yang kegiatan belajarnya sebagian besar diselenggarakan di luar gedung sekolah dengan cara penyampaian pelajaran melalui berbagai media dan interaksi yang tyerbatas antara guru dan murid. Tugas SMPT untuk memperluas kesempatan belajar vdalam rangka pemerataan pendidikan bagi lulusan SD atau sederajat, atau siswa SMP yang putus sekolah. Khusus untuk tahap perintisan yang adapt diterima sebagai siswa SMPT diutamakan pada lulusan SD atau yang sederajat yang berusia 13-15 tahun yang belum tertampung di SMP yang ada. Tenaga pengajar terdiri dari guru Pembina dan guru pembimbing yang diambi dari anggota masyarakat setempat, yang memenuhi criteria-kriteria tertentu. Kecuali itu, orang tua juga ikut mengawasi anaknya belajar.
d. Universitas Terbuka
Dalam rangka meningkatkan daya tampung perguruan tinggi maka pemerintah mendirikan Universitas Terbuka (UT). Universitas Terbuka menyelenggarakan tiga jenis program pendidikan, dengan system belajar jarak jauh., yaitu program Sarjana (S1), dengan program Diploma (DI, DII, DIII) dan program Akta V.
Program S1 adalah program pendidikan sarjana yang meliputi berbagai disiplin ilmu pengetahuan, terbuka untuk umum. Program Diploma dan Akta V adalah program peningkatan mutu tenaga kependidikan, terutama diperuntukkan bagi guru di sekolah menengah dan tenaga pengajar di perguruan tinggi. Mirip dengan perguruan tinggi lain, penyelesaian program studi di UT, baik melalui Program Sarjana maupun Program Diploma dan Akta adalah berdasarkan pada jumlah angka Satuan Kresit Semester (SKS) yang harus ditempuh oleh mahasiswa. Universitas Terbuka menyediakan pelayanan pendidikan dengan Sistem Belajar Jarak Jauh (SBJJ). Kegiatan belajar-mengajar di UT meliputi kegiatan-kegiatan belajar mengajar mandiri (kegiatan belajar utama mahasiswa), kegiatan belajar kelompok antar mahasiswa (merupakan kegiatan belajar tambahan), dan kegiatan belajar tatap muka antara mahasiswa dan tutor. 
e. Pembaruan Sistem Tenaga Pendidikan Kependidikan
Pemabruan Sistem Tenaga Kependidikan diarahkan untuk menunjang pembangunan bangsa pada khususnya dan peningkatan kualitas hidup manusia pada umunya. Dengan demikian, sasaran-sasaran pendidikan tenaga kependidikan sebagai berikut :
- Pengadaan tenaga kependidikan dalam jumlah dan kualifikasi yang tepat.
- Pengembangan dan pembaruan ilmu kependidikan.
- Perencanaan dan pembangunan terpadu.

Mencetak Generasi Unggul Ala Jepang

Kekeliruan dunia pendidikan kita selama ini terletak pada ketidakmampuan para pakar pendidikan, pendidik, bahkan pengambil kebijakan untuk mencetak generasi unggul. Generasi ini punya ciri kreatif, perekayasa, pencipta, dan bersikap atau bertingkah laku teladan. Selain berbudi pekerti luhur, generasi unggul dalam kehidupan keseharian dicirikan peduli sesama, menghargai pendapat orang lain, tertib, jujur, disiplin, bertanggung jawab, penuh kasih sayang, cinta kebersihan, keindahan dan lingkungan serta concern terhadap perdamaian. 

Sayang seribu sayang, dunia pendidikan kita tampaknya masih terfokus mencetak "generasi pintar". Generasi ini lebih mengutamakan pencapaian prestasi program belajarnya dengan sasaran "mengejar ranking atau nilai NEM (nilai evaluasi murni) dan UN (ujian nasional) tinggi" atau menjadi juara lomba mata pelajaran tertentu. 

Indonesia banyak melahirkan sederet juara olimpiade internasional, baik di bidang pelajaran matematika, sains, fisika, kimia maupun olahraga. Pertanyaannya, dengan mencetak generasi yang bertumpu pada logika (otak kiri) itu, apa yang bisa diharapkan demi kemajuan bangsa ke depan? Kita lupa, bangsa yang dibangun hanya dengan mengandalkan ilmu, tanpa bekal kreativitas dan moral, hanya akan menghancurkan bangsa itu sendiri. 

Menurut penelitian mutakhir di AS, peran logika bagi sukses seseorang hanya 4%. Selebihnya (96%) sukses seseorang ditentukan oleh kemampuan "otak kanan" yang punya andil besar dalam hal kreativitas, imajinasi, inovasi, daya rasa, kreasi, seni, kemampuan mencipta dan merekayasa. (MI, 16/1'06) Kemampuan otak sadar manusia sendiri sebenarnya hanya 12% dari seluruh kemampuan otak manusia dan selebihnya (88%) berada di otak bawah sadar, tepatnya di otak kanan. (Quantum Ikhlas, 2007). 

Inilah rahasia bangsa Jepang, Korea, China, Singapura, dan negara-negara Barat hingga menjadi bangsa maju. Belakangan hal itu mulai diketahui dan disadari pula di India, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Filipina. Indonesia? Barangkali baru sebagian kecil orang memahami pentingnya pengembangan peran otak kiri bagi sebuah sistem pendidikan. 

Ironis, di tengah bangsa-bangsa lain makin aktif mengembangkan model pendidikan ke arah yang lebih baik, Indonesia justru masih berkutat pada berbagai masalah kompleks. Waktu, pikiran dan tenaga kita seolah terkuras hanya untuk membahas masalah pemberantasan korupsi, karut-marutnya pelayanan publik dan masalah birokrasi yang berbelit. 

Apa yang salah dengan pendidikan kita? Bukankah sejak duduk di kelas TK, SD, SMP, dan SMA siswa-siswi selain diajarkan beberapa pelajaran umum dan khusus juga tak ketinggalan selalu dicekoki pelajaran agama dan kewarganegaraan? Suasana religius pun selalu melingkupi keseharian anak-anak Indonesia. Khotbah-khotbah agama tak hanya dilakukan di tempat-tempat ibadah, namun juga di televisi, lingkungan kerja dan masyarakat. 

Ini bertolak belakang dengan kehidupan nyata masyarakat kita, yang justru kurang mencerminkan nuansa kehidupan agamis. Budaya tertib dan bersih, yang diyakini sebagai bagian dari iman, terabaikan. Tatanan kehidupan masyarakat secara umum pun tidak menunjukkan kebajikan dan keteraturan. 

Pelanggaran lalu lintas merupakan hal yang biasa. Budaya antre dan sopan-santun dianggap angin lalu. Kepedulian masyarakat terhadap kebersihan dan lingkungan, rendah. Banyak orang masih membuang sampah sembarangan, sementara fasilitas umum kotor dan bau. Di lain pihak, kasus-kasus perusakan lingkungan dan kriminalitas jalanan selalu menghiasi media massa setiap hari. 

Dari pengalaman ketika berkunjung ke Jepang dan mencermati secara seksama sekolah dasar di negeri Sakura ini, terlihat pembiasaan sikap disiplin dan tingkah laku bermoral telah ditanamkan sejak siswa mulai masuk sekolah. Meski tak dibekali pelajaran agama, tatanan kehidupan masyarakat Jepang nyatanya lebih mapan, tertib, bermoral. 

Begitu anak didik memasuki lingkungan sekolah, mereka harus rela dan sabar melepas sepatu untuk ditukar dengan sandal/sepatu khusus yang sudah disediakan di loker-loker. Ketika siswa hendak ke toilet, sandal/sepatu yang dikenakannya pun masih harus ditukar lagi dengan sandal khusus toilet yang terparkir rapi di depan pintu toilet. Ingat, usai memakainya, siswa harus mengembalikannya ke posisi semula untuk memudahkan rekan lain yang akan menggunakan selanjutnya. Meski kelihatannya sepele, namun pembiasaan-pembiasaan ini dapat menumbuhkan kesadaran pada siswa untuk bersikap sabar, bertanggung jawab, menghargai orang lain, hidup bersih dan selalu menjaga kesehatan tubuh. 

Di dalam kelas sendiri, anak-anak Jepang sudah dibiasakan melayani teman-teman sekelasnya dengan menyajikan makanan secara bergiliran. Pembiasaan ini untuk menanamkan kesadaran anak-anak agar tertib, disiplin, menghargai budaya antre, rajin, penuh kebersamaan dan peduli sesama. 

Di kelas-kelas sekolah Jepang banyak dipajang hasil karya siswa, baik di dinding maupun di atas rak-rak tempat tas siswa. Coraknya beraneka ragam, mulai dari karya dari barang-barang bekas dengan disain robot, mobil, dan bangunan tinggi hingga bentuk-bentuk karya lainnya yang lebih rumit. 

Pembiasaan memamerkan hasil cipta karya siswa, merupakan momentum bagi siswa untuk meraih cita-cita. Lewat karya-karya tersebut, anak-anak Jepang kelak diharapkan bisa menjadi perakit mobil, robot, arsitek gedung-gedung bertingkat dan pencipta alat-alat canggih lainnya hingga menjadi kebanggaan bagi bangsanya. 

Memang, kemampuan untuk berkreasi mendapat porsi besar dalam sistem pendidikan di Jepang. Sejak dini kemampuan dan kreativitas siswa digali sebesar-besarnya demi disiapkan sebagai tenaga terampil penuh kreativitas di bidang masing-masing di masa depan. 

Falsafah Jepang mengatakan, "Anak-anak adalah harta karun negara". Nasib bangsa masa depan diyakini ada di pundak anak-anak mereka. Maka, negara selalu memperlakukan istimewa anak-anak Jepang, baik dibidang pendidikan, kesehatan, gizi, maupun perkembangan emosionalnya. Sistem pendidikan nasional Jepang pun lebih diarahkan demi kemajuan anak-anak bangsa ke depan. 

Apakah kita akan terus membiarkan sistem pendidikan ini lebih bertumpu pada logika, tanpa mengutamakan penggalian kemampuan dan kreativitas seperti anak-anak Jepang?

PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU MELALUI LESSON STUDY

Dalam laporan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk bidang pendidikan, United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) menunjukkan, peringkat Indonesia dalam hal pendidikan turun dari 58 menjadi 62 diantara 130 negara di dunia. Yang jelas, Education Development Index (EDI) Indonesia adalah 0,935 , di bawah Malaysia (0,945) dan Brunei Darussalam (0,965) (Jawa Pos, 12/12/2007). 

Rendahnya mutu pendidikan Indonesia merupakan tanggung jawab kita bersama, tidak hanya merupakan tanggung jawab guru sebagai pendidik. Pemerintah juga memiliki andil yang besar dalam usaha peningkatan mutu pendidikan. Hal ini terlihat dari perubahan kurikulum pada tingkat pendidikan dasar dan menengah, yaitu kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2004 yang biasa dikenal sebagai Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dan menjadi kurikulum 2006 yang dikenal Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KBK dan KTSP sama-sama berbasis kompetensi, yang menerapkan pendekatan konstektual (Constextual Teaching and Learning). Pembelajaran konstekstual sangat bagus diterapkan dalam proses belajar mengajar di kelas, karena siswa dituntut aktif dalam proses pembelajaran. Namun metode pembelajaran bukanlah faktor utama keberhasilan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Metode pembelajaran hanyalah alat/media yang digunakan untuk menuju kualitas pendidikan yang prima, sedangkan pengendaranya adalah guru. Sehingga baik atau tidaknya pendidikan tergantung dari profesi guru sebagai pendidik. 

Pengembangan keprofesionalan guru harus selalu ditingkatkan, karena peningkatan keprofesionalan guru akan diikuti oleh peningkatan efektifitas kegiatan belajar mengajar dan secara tidak langsung peningkatan keprofesionalan guru juga akan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan secara luas. Oleh karena itu, Lesson Study diperlukan peranannya. 

Lesson Study adalah suatu proses kolaboratif dimana sekelompok guru mengidentifikasi suatu masalah pembelajaran, merancang suatu skenario pembelajaran (yang meliputi kegiatan mencari buku dan artikel mengenai topik yang akan dibelajarkan), membelajarkan siswa sesuai skenario (salah seorang guru melaksanakan pembelajaran sementara yang lain mengamati), mengevaluasi dan merevisi skenario pembelajaran, membelajarkan lagi skenario pembelajaran yang telah direvisi, mengevaluasi lagi pembelajaran dan membagikan hasilnya dengan guru-guru lain. 

Lesson Study dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan keprofesionalan guru, yaitu dengan menguraikan delapan pengalaman yang diberikan Lesson Study kepada guru sebagai berikut. Lesson Study memungkinkan guru untuk: 

1) memikirkan dengan cermat mengenai tujuan dari pembelajaran, materi pokok, dan bidang studi,
2) mengkaji dan mengembangkan pembelajaran terbaik yang dapat dikembangkan, 
3) memperdalam pengetahuan mengenai mengenai materi pokok yang diajarkan, 
4) memikirkan secara mendalam tujuan jangka panjang yang akan dicapai berkaitan dengan siswa, 
5) merancang pembelajaran secara kolaboratif, 
6) mengkaji secara cermat cara dan proses belajar serta tingkah laku siswa, 
7) mengembangkan pengetahuan pedagogis yang kuat/penuh daya, dan 
8) melihat hasil pembelajaran sendiri melalui mata siswa dan kolega. 

Lesson study mentargetkan pencapaian berbagai kualitas siswa yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar adalah kebiasaan berpikir dan bersikap (the habbits of mind and heart that are fundamental to success in school). Kebiasaan berpikir dan bersikap itu berupa ketekunan (peristence), kerjasama (cooperation), tanggung jawab (responsibility), dan kemauan untuk bekerja keras (willingness to work hard). Oleh karena itu, guru harus bekerja sama sebagai satu tim untuk menciptakan lingkungan belajar yang baik. 

Tim guru, dapat dibentuk di Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tingkat sekolah maupun tingkat kabupaten. Sehingga, Lesson Study merupakan salah satu cara efektif untuk meningkatkan kegiatan MGMP dan dapat memperbaiki belajar mengajar guru melalui pengembangan pengetahuan keprofesionalan bersama-sama berdasarkan praktik pembelajaran. 

Menurut Lewis (2006), tahap-tahap yang perlu di lakukan dalam menerapkankan suatu Lesson Study adalah sebagai berikut, pertama membentuk grup Lesson Study, anggota kelompok Lesson Study dapat direkrut dari guru, dosen, pejabat pendidikan, dan/atau pemerhati pendidikan. Yang sangat penting adalah mereka yang mempunyai komitmen, minat, dan kemauan untuk melakukan inovasi dan memperbaiki kualitas pendidikan. 

Kedua, memfokuskan Lesson Study, yang perlu dilakukan guru yaitu memilih mata pelajaran, serta memilih topik (unit) dan pelajaran (Lesson). 

Ketiga, Merencanakan Research Lesson, dalam merencanakan suatu Research Lesson (a teacher-led instructional improvement), di samping mengkaji pelajaran-pelajaran yang sedang berlangsung, kita perlu mengembangkan suatu rencana untuk memandu belajar (plan to guide learning). Rencana itu akan memandu pengajaran, pengamatan, dan diskusi tentang research lesson serta mengungkap temuan yang muncul selama lesson Study berlangsung. 

Keempat, mengajar dan mengamati Research Lesson, guru anggota kelompok yang sudah di tunjuk dan disepakati melaksanakan tugas untuk mengajar materi yang telah ditetapkan, sedangkan anggota kelompok yang lain mengamati Lesson tersebut. Pengamat akan mengumpulkan data yang diperlukan selama pelajaran berlangsung. Untuk mendokumentasikan Research Lesson dilakukan dengan menggunakan kamera, karya siswa, dan catatan observasi naratif 

Kelima, mendiskusikan dan menganalisis Research Lesson. Research Lesson yang sudah diimplementasikan perlu didiskusikan dan dianalisis. Hal itu perlu dilakukan sebagai bahan untuk perbaikan atau revisi Research Lesson. Dengan demikian research Lessson diharapkan akan menjadi lebih sempurna, efektif dan efisien. 

Keenam, merefleksikan Lesson Study dan merencanakan tahap-tahap berikutnya. Dalam merefleksikan lesson study hal yang perlu dilakukan adalah memikirkan tentang apa-apa yang sudah berlangsung dengan baik sesuai dengan rencana dan apa-apa yang masih perlu diperbaiki. 

Lesson study memiliki peran yang cukup besar dalam melakukan perubahan secara sistemik. Menurut Lewis (2006) lesson study tidak hanya memberikan sumbangan terhadap pengetahuan keprofesionalan guru, tetapi juga terhadap peningkatan system pendidikan yang lebih luas. 

Melalui Lesson Study, guru secara kolaboratif berupaya menterjemahkan tujuan dan standar pendidikan ke alam nyata di kelas. Mereka berupaya merancang pembelajaran sedemikian sehingga siswa dapat dibantu untuk mengetahui kompetensi dasar yang diharapkan. Selain itu, mereka berupaya merancang suatu scenario pembelajaran yang memperhatikan kompetensi dasar dan pengembangan kebiasaan berpikir ilmiah, dimana siswa diajak untuk mengendalikan variable dan juga memperoleh pengetahuan tertentu yang terkait dengan materi yang dibelajarkan. Setelah itu rancangan pembelajaran dilaksanakan, diamati, didiskusikan, direvisi, dan jika perlu dibelajarkan lagi dikelas lainnya. 

Penyelenggaraan proses belajar mengajar menutut guru untuk menguasai isi atau materi bidang studi yang akan diajarkan serta wawasan yang berhubungan dengan materi tersebut. Sebagai penyelenggara proses belajar-mengajar guru juga harus bersikap profesional. Guru harus dapat mengembangkan sikap positif dalam pembelajaran dan dapat merespon ide-ide siswa. Melalui lesson study, guru dapat mengamati pelaksanaan pembelajaran yang diteliti (research lesson) dan juga dapat mengadopsi pembelajaran yang sejenis setelah mengamati respon siswa yang tertarik dan termotivasi untuk belajar dengan cara seperti yang dilaksanakan melalui pengamatan langsung terhadap pembelajaran yang diteliti maupun laporan tertulis, video, ataupun berbagi pengalaman dengan kolega. Sehingga dengan adanya Lesson Study, guru dapat memperbaiki mutu pengajarannya di kelas serta meningkatkan profesionalisme guru.

Menjadi inggris untuk bisa berbahasa inggris

Mengapa sampai saat ini bahasa inggris tetap terasa susah dipelajari meskipun selama bertahun tahun siswa siswi Indonesia menempanya namun tetap saja tidak bisa makasimal dan akhirnya kembali terlupakan. Orang orang di Negara berbahasa inggris selalu menemui segala sesuatunya dengan bahasa inggris, bagaimana dengan kita? Sejauh ini masyarakat Indonesia hanya menjumpai bahasa inggris di tempat tempat tentu saja dan hanya pada golongan tertentu saja. Hanya kaum penempa ilmu saja yang giat mempelajari bahasa inggris tapi bukan secara keseluruhan yaitu masyarakat Indonesia seluruhnya. Mestinya pengetahuan bahasa inggris tidak hanya dipelajari dan dikuasai oleh para pelajar, dan golongan lain yang memang kesehariannya berhadapan langsung dengan bahasa inggris. 

Jika fenomena semacam ini yang terjadi, maka Indonesia akan menempuh waktu yang amat sangat lama untuk masyarakatnya bisa berbahasa inggris layaknya orang singapura. Hal ini disebabkan pendidikan bahasa inggris yang tidak merata. Mestinya pendidikan bahasa inggris tidak hanya diterapkan secara formal lewat sekolah dan tempat kursus tetapi juga menyangkut fasilitas umum. Golongan lain yang setiap harinya tidak berhadapan dengan bahasa inggris harus dipaksa belajar bahasa inggris juga. Para pedagang di pasar, orang yang berjalan di pertokoan bahkan tempat ibadah sekalipun juga semua tempat dan fasilitas di Indonesia harus mencerminkan situasi layaknya Negara Negara yang berbahasa inggris. Maksudnya adalah di semua fasilitas, barang dan tempat itu harus terdapat label bahasa inggris tanpa terkecuali. Hal ini menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. 

Metode ini saya namai metode "stuff labeling". Lewat artikel ini saya mengajukan usul kepada pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk beramai ramai mencerdaskan bangsa ini. Stuff labeling berarti memberi label atau keterangan bahasa inggris pada sesuatu di sekitar kita sehingga kita akan terbiasa dengan nama nama bahasa inggris tersebut. Jika selama ini yang dituntut belajar bahasa inggris hanyalah anak didik saja maka itu salah besar, pendidikan haruslah merata. Anak bisa berbahasa daerah dengan lancar karena setiap saat dan di mana saja mereka menemukan guru yang alami yaitu orang tua, teman dan tetangganya. Bagaimana dengan bahasa inggris, anak anak hanya menerimanya di sekolah saja, bukan setiap hari dan bukan setiap jam. Gurunya pun hanya terbatas guru pengajar disekolah saja. Mestinya pengajar yang baik adalah lingkungannya. 

Dengan stuff labeling semua akan belajar bahasa inggris tanpa terkecuali. Kemanapun masyarakat kita beraktivitas akan menemui label label bahasa inggris tersebut sehingga menjadi kebiasaan dan tidak lantas dilupakan begitu saja seperti ketika mereka menerimanya dari sekolah. Stuff labeling pada dasarnya adalah pengenalan vocabulary atau kosa kata. Setiap manusia lebih banyak belajar kosa kata ini dan itu ketika masih kecil bukan langsung pada kalimat. Memang metode ini tetap mempunyai kelemahan yaitu masyarakat hanya akan mengenal vocabulary saja bukan pada pemahaman kalimat. Namun tentunya pemahaman dan kekayaan kosa kata adalah pondasi awal yang sangat kuat untuk belajar bahasa. 

Manfaat 

1.belajar secara alami 
maksudnya semua bisa belajar karena kebiasaan. Orang orang yang berada di kawasan stuff labeling ini mau tidak mau akan menemui label label yang terpasang yang pasti akan mereka baca. Awalnya karena ketidaksengajaan membaca atau mungkin juga terpaksa harus membacanya hingga lama kelamaan akan terbiasa dengan istilah istilah bahasa inggris tersebut. Dengan begini, bahasa inggris bukan lagi suatu beban berat seperti yang mereka temui di sekolah. 

2.penguasaan vocabulary meningkat 
tentunya ketika menemui label label bahasa inggris di mana mana secara terus menerus akan meningkatkan kekayaan kosa kata bahasa inggris atau vocabulary kepada pembacanya. 

3.merangsang rasa ingin tahu dan minat belajar 
rasa penasaran dan ingin tahu sudah menjadi sifat dasar manusia. Ketika si pelaku dalam hal ini adalah orang yang membaca label label tersebut tidak mengetahui maksud mungkin juga car baca label tersebut pasti penasaran dan ingin tahu. Pada kaum yang sudah terpelajar, tentunya mereka akan pulang membuka kamus mereka apa maksud label tersebut sedangkan kaum awam akan bertanya kepada orang di sekitar mereka yang mengetahuinya. Secara tidak langsung stuff labeling telah meningkatkan minat belajar secara alamiah. 

4.effective 
pada keadaan biasa belum tentu para pelajar bahkan warga umum mau menyempatkan dan meluangkan waktunya untuk menghafalkan kata kata bahasa inggris. Dengan kata lain, jika para pelajar dan warga umum susah untuk memasuki atau memahami dan melaksanakan methode atau proses belajar bahasa inggris, maka metode dan proses pembelajaran bahasa inggrislah yang harus mengerti, memahami, memasuki kehidupan para pelajar dan warga umum untuk melaksanakan proses belajar bahasa inggris di kehidupan mereka. 

Kendala 

Stuff labeling memerlukan peran aktif orang orang yang saat ini sedikit banyak sudah mengerti bahasa inggris. Mereka sangat diperlukan mengingat saat ini masih banyak saudara kita yang belum bisa membaca kata kata bahasa inggris dengan benar, jangankan bahasa inggris, di beberapa tempat di wilayah Indonesia yang luas ini masih ada yang belum bisa membaca kosa kata bahasa Indonesia. Tetapi masalah ini akan segera teratasi seiring berjalannya waktu. Mereka yang belum bisa tentunya akan bertanya tanpa rasa malu karena ini lingkungan bebas bukan ruang kelas yang harus malu bertanya karena takut kelihatan bodoh oleh teman sekelasnya. Masyarakat yang bisa pun akan dengan senang hati mengajarkan kepada yang belum bisa. 

Untuk mewujudkan agar program ini berjalan dan berhasil tentunya memerlukan biaya yang tidak sedikit. Pemberian label bahasa inggris pada barang barang dan tempat disekitar lingkungan rumah masih bisa dilakukan sendiri oleh orang tua atau keluarga. Sedangkan di lingkungan desa dan kota yang berada di lingkungan bebas memang memerlukan perlakuan khusus. Pemberian label tidak bisa dilakukan seperti di wilayah keluarga yang hanya dengan berbekal kertas putih dan print out bahasa inggrisnya, tetapi di wilayah desa dan kota lebih rawan terkena angin, panas dan hujan yang menuntut sebuah jenis label yang permanent atau tahan lama. Bahan bahan yang digunakan pun akan menyita sejumlah anggaran yang tidak sedikit mengingat untuk mencapai hasil yang maksimal dengan program ini perlu pemerataan stuff labeling pada segala sesuatunya di sekitar kita. 

Beberapa masalah seperti merasa aneh dan risih dengan perubahan dimana disetiap jengkal sesuatu yang ada disekitar kita terdapat label bahasa inggris membuat kita shock atau kaget. Tetapi ini hanya masalah adaptasi saja, setiap paradigma baru akan selalu berbenturan dengan paradigma yang lain tinggal mana yang bertahan itulah yang menang sedangkan yang kalah akan segera mengikuti. 

Stuff labeling adalah sebuah commitment. Jika ingin maju maka kita haruslah merelakan pengorbanan. Dengan menciptakan lingkungan kita seperti yang dijumpai oleh masyarakat yang berbahasa inggris tentunya lambat laun masyarakat kita pun akan menjadi masyarakat yang mengerti bahasa inggris. Commitment stuff labeling berarti perubahan luar biasa yang tinggal menunggu waktu. 

Pada tahap yang paling awal, langkah ini sebaiknya dimulai dari lingkungan keluarga dulu, baru kemudian kompleks atau dusun kemudian desa, kecamatan dan kabupaten dan akhirnya seluruh wilayah Indonesia. Beban ini seharusnya sudah menjadi kesadaran masyarakat untuk membantu pemerintah bukan malah membebankan semuanya kepada pemerintah. Lebih lebih jika pemerintah dengan serius mengaplikasikan program ini dengan sungguh sungguh, artinya dengan berbagai upaya sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat untuk segera memahami dan malaksanakan program stuff labeling ini dengan baik maka masyarakat Indonesia akan segera mewujudkan mimpinya untuk mencetuskan Indonesian inggris, seperti layaknya kanadian inggris, british inggris, Australian inggris dan lainnya. Dengan demikian bahasa inggris tidak lagi menjadi penyakit yang susah disembuhkan dan guru bukan lagi satu satunya yang harus bertanggung jawab atas lambatnya penguasaan bahasa inggris siswa siswinya. 

Stuff labeling akan menjadi pendorong bagi metode metode yang lain untuk saling mendukung terciptanya pendidikan bahasa inggris yang natural sehingga masyarakat Indonesia tidak lagi memandang bahasa inggris adalah pelajaran yang harus ditinggal nongkrong di kantin sekolah, atau bahkan lompat pagar sekolah saja. Bukan juga PR yang memberatkan para pelajar kita, bukan juga ketakutan yang menjadi beban orang tua ketika anaknya bertanya dan dia tidak tahu menahu soal bahasa inggris. Tentunya stuff labeling sendiri akan secara tidak langsung tercipta terobosan terobosan baru berbagai cara meningkatkan kemampuan bahasa inggris masyarakat Indonesia secara keseluruhan. 

Saya himbau bagi siapa saja yang membaca buah fikiran saya ini untuk segera mempraktekkan langkah ini dan mensosialisasikan stuff labeling kepada seluruh masyarakat Indonesia. Syukur bisa merangkul pemerintah untuk melaksanakan program ini bersama sama. Mari kita kampanyekan stuff labeling demi kemajuan bangasa Indonesia tercinta ini untuk mampu bersaing dengan rival nya dan bekerja sama dengan baik bersama partnernya. Mari kita cerdaskan bangasa ini

Pemerintah Daerah Diminta Komitmen Biayai Pendidikan Gratis

Selasa, 14 April 2009 17:14 WIB
TEMPO Interaktif , Jakarta: Pemerintah daerah diminta berkomitmen membiayai pendidikan gratis di daerah masing-masing. "Tanpa komitmen pemerintah daerah, pendidikan gratis tidak akan terwujud,' kata Koordinator Divisi Advokasi Publik Indonesian Corruption Watch Ade Irawan di Jakarta, Selasa (14/4).Pada acara Rembuk Nasional Pendidikan 2009, Februari lalu Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo menyatakan tidak boleh ada pungutan lagi dalam proses pembelajaran pendidikan dasar sembilan tahun. Sekolah di sekolah negeri sampai sembilan tahun dijamin gratis, kecuali sekolah yang menjadi rintisan sekolah bertaraf internasional/sekolah bertaraf internasional.Selama ini, kata Ade, pemerintah pusat memang telah mensubsidi pendidikan dasar melalui Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Namun jumlahnya, lanjut dia, tidak mencukupi. Pemerintah mengalokasikan BOS untuk siswa sekolah dasar di kabupaten sebesar Rp 397 ribu/siswa/tahun, dan siswa sekolah dasar di perkotaan sebesar Rp 400 ribu/siswa/tahun.Sedangkan untuk siswa sekolah menengah pertama di kabupaten sebesar Rp 570 ribu/siswa/tahun dan untuk siswa yang ada di perkotaan sebesar Rp 575 ribu/siswa/tahun."Tidak pernah ada penjelasan dari pemerintah pusat perhitungan dana itu datangnya dari mana, karena kalau dibandingkan kebutuhan minimal siswa per tahun, angka itu sangat kecil," kata Ade lagi.Padahal, jelas Ade, badan penelitian dan pengembangan Departemen Pendidikan Nasional pada 2006 sudah menghitung kebutuhan minimal satu orang siswa untuk tingkat sekolah dasar Rp 1,8 juta/tahun, dan kebutuhan siswa tingkat sekolah menengah pertama yaitu Rp 2,7 juta/tahun.

Sentra Pendidikan Layanan Khusus Ditambah

Kategori: Umum (367 kali dibaca)
Pada tahun 2007, pemerintah berencana menambah dan mengembangkan sentra pendidikan layanan khusus, terutama di wilayah-wilayah bekas bencana, terpencil, dan perbatasan. Upaya ini merupakan bagian penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, khususnya dari jalur pendidikan luar biasa.Hal tersebut disampaikan Direktur Pembinaan Sekolah Luar Biasa Direktorat Jenderal Dikdasmen Depdiknas, Eko Djatmiko, ditemui di sela-sela acara Spirit, ”Kreasi Gemilang Anak-anak Luar Biasa Indonesia", di Bandung, Kamis (16/11). Acara tahunan ini menghadirkan ratusan anak-anak berkebutuhan khusus dari 33 provinsi se-Indonesia.Eko menjelaskan, sentra-sentra pengembangan yang dimaksud diantaranya wilayah Nunukan (Kalimantan Timur), Natuna (Kepulauan Riau), Sangihe Talaud (Sulawesi Utara), dan Rondo (NAD). Daerah-daerah yang menjadi pilot project ini dipilih berdasarkan permintaan dan analisis kebutuhan daerah.”Program (pendidikan layanan khusus atau PLK) ini memang terbilang baru. Setahun terakhir bergulirnya. Sesuai dengan UU Sisdiknas, khususnya Pasal 31, PLK ini ditujukan bagi siswa-siswa yang berada di daerah pelosok, terpencil, komunitas adat terpencil (KAT), daerah konflik, maupun bekas bencana alam,” ungkapnya.Berbeda dengan pendidikan luar sekolah (PLS), sasaran PLK ini adalah siswa-siswa usia wajar dikdas 9 tahun. Keunikan dari program ini, metoda pengajarannya tidak melulu bersifat akademis atau kognitif. Melainkan, dipadukan dengan pembekalan life skill yang tentunya disesuaikan potensi anak didik.Tahun 2006 ini, PLK ini diujicobakan di sedikitnya 12 daerah yang ada di tanah air, diantaranya Lampung, Medan, Batam, Makassar, Sulawesi Tengah dan Mataram. Di antara sejumlah sentra, lokasi pengungsian di Atambua (Nusa Tenggara Timur) dan KAT Suku Anak Dalam (Jambi) menjadi salah satu indikator keberhasilan program.Menurut Eko, program strategis ini diharapkan bisa efektif membantu pencapaian target wajar dikdas, khususnya di daerah yang sulit terjangkau pendidikan jalur reguler. ”Tahun 2006 ini, saya berutang 54.000 anak difabel usia sekolah (wajar dikdas) yang tidak bersekolah. Padahal, jumlah ini baru sepertiga dari seluruh siswa pendidikan khusus,” ujarnya kemudian.Anggaran ditingkatkanUntuk mendukung rencana tersebut, Depdiknas mengimbanginya dengan pengajuan penambahan alokasi anggaran dalam APBN 2007 mendatang. Kenaikannya, mencapai 35 persen dari tahun sebelumnya, yaitu menjadi Rp 365 miliar. Dari total Rp 365 miliar anggaran PSLB, 30 persen diantaranya ditujukan untuk PLK.Agus Prasetyo, penanggung jawab sebuah PLK yang beroperasi di daerah bencana khususnya NAD, menyambut baik penambahan alokasi anggaran tersebut. ”Ini tentunya sangat baik. Bisa mendukung operasional dan pengembangan kualitas tutor. Apalagi, selama ini kegiatan (PLK) ini sifatnya sukarela. Padahal, jangkauan daerah sangat luas,” ucapnya.(JON)

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI INTELEKTUAL, EMOSIONAL DAN SPIRITUAL DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI

Permasalahan etika dan moral siswa di sekolah kerapkali dibebankan sebagai tanggungjawab guru agama dan pendidikan kewarganegaraan. Dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 revisi terhadap sistem pendidikan dilakukan sesuai dengan tuntutan perubahan reformasi dan bergulirnya demokratisasi serta menguatnya issu Hak Asai Manusia (HAM). Guru sebagai tenaga pendidikan mempunyai makna penting untuk berperan serta dalam mensukseskan tujuan pendidikan nasional yang bercita-cita terwujudnya manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa serta berkembangnya potensi diri secara optimal. Untuk mencapai pada cita-cita tujuan pendidikan nasional , maka guru bukan hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai pendidik. Guru harus mampu membimbing, mengarahkan, mempengaruhi, dan menjadi pengganti orangtua di sekolah. Guru sebagai pendidik dituntut memiliki kecakapan secara akademis dan juga secara mental mampu memberikan teladan yang baik bagi anak didiknya. 

Guru memiliki tanggungjawab moral untuk bisa membimbing etika dan moralitas anak didiknya sehingga sekolah sebagai nlembaga dapat berperan sebagai minisocity, tempat anak bersoasialisasi sehingga memiliki bekal hidup saat terjun masyarakat yang sesungguhnya. 

Pemberian tunjangan profesi melalui sertifikasi tidak lain upaya untuk menghargai martabat guru dan meningkatkan kesejahteraannya, supaya dapat melaksnakan tugas dan kewajibannya secara optimal. Apresiasi terhadap profesi guru yang diharpakan tidak hanya sekedar mengajar tetapi juga punya beban tanggungjawab moral sehingga nantinya dihasilkan produk pendidikan yang berkuatas secara intel;ektual dan spiritual. Guru mampu memberikan layanan sehingga anak didik nantinya dapat berkembang kepribadian sesuai dengan potensi dengan nilai-nilai kepribadian yang mampu berinteraksi dengan lingkungan social dan kulturalnya secara baik. 

Beban tanggungjawab untuk memberikan dan menanamkan nilai-nilai intelektual, emosional, dan spiritual adalah tanggungjawab semua guru mata pelajaran yang dapat diimplementasikan pada saat pembelajaran berlangsung tanpa harus menambah jam pelajaran. Hal ini amat urgen untuk diselenggarakan mengingat dahsyatnya perkembangan sains, teknologi dan seni yang demikian akseleratif harus diimbangi dengan perkembangan kepribadian secara harmonis, sehingga peserta didik dapat menempatkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimiliki di tengah-tengah perubahan yang terus-menerus berlangsung. 

Perkembangan diri remaja yang labil membutuh ruang pelimpahan sehingga bisa mendialogiskan persoalan-persoalan yang dihadapi. Ruang untuk mendialogkan dan menanamkan nilai-nilai kehidupan sehingga dapat menyikapi secara kritis terhadap dampak negatif yang mengiringi perkembangan sains, teknologi, dan seni. Pembelajaran yang berlangsung di dalam lembaga persekolahan sebagai minisocity harus mempu menjadi sarana bersosialisasi bagi siswa sehingga bisa menjadi pengalaman yang bermakna ketika terjun ke dalam masyarakat yang sesungguhnya. 

Biologi sebagai mata pelajaran yang bersangkut-paut dengan makhluk hidup dan kehidupan memiliki aspek yang cukup luas untuk mengembangkan kepribadian siswa secara positif. Analisa terhadap gejala-gejala yang berlangsung di dalam interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya, antara komponen biotik dan biotik dan komponen biotik dan abiotik dalam kehidupan. Sebuah analogi untuk memberikan pemahaman hidup manusia dalam lingkungan saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Suatu upaya pengembangan kepribadian dalam aspek sosial bagi kehidupan siswa, bahwa hidup di dalam lingkungan masyarakat sangat bergantung kepada bagaian-bagian atau anggota masyarakat lainnya. Jika manusia berbuat semena-mena terhadap alam lingkugan, maka dampak yang terjadi akan kembali mengenai manusia. 

Kompetensi memahami pentingnya proses metabolisme pada organisma, diantaranya menyangkut pada kompetensi dasar proses anabolisme dan katabolisme karbohidrat merupakan proses pembelajaran yang menyangkut pada aspek kognitif dan psikomotorik dalam kerja praktikum mengenai respirasi pada makhluk hidup. 

Oksigen sebagai reseptor elektron dalam respirasi aerob yang dilakukan organisme, merupakan komponen penting yang memungkinkan berlangsungnya respirasi Namun secara implikatif pembelajaran respirasi dapat mengembangkan aspek spiritual mengenai kemurahan dan kerahiman Allah dalam melimpahkan oksigen di atmosfer . Dapat dibayangkan seandainya persedian oksigen di alam dihentikan, maka akan terganggu sistem kehidupan di jagad raya. 

Kerja laboratorium dalam untuk mengamati kebutuhan oksigen yang diperulkan organisme dalam respirasinya menuntut ketelitian, kejujuran, kecermatan dalam mengamati, mencatat dan menganalisa data.Dalam mengkomunikasikan hasil praktikum guru bisa mengembangkan kemampuan aspek komunikasi, sehingga siswa bisa mengemukaan hasil temuannya tanpa rasa takut bersalah, sehingga bisa membangun komunikasi ke berbagai arah, dan belajar mendengar pendapat orang lain yang berbeda. Pengembangan aspek emosional yang terkait pula dengan kecakapan siswa untuk menolak atau menerima pendapat yang berbeda dengan dirinya. 

Pemahaman mengenai organ dan sistem organ sebagai sistem di dalam tubuh yang saling bekerja sama dengan tugas-tugas spesifik yang memungkinkan berlangsung nya aktifitas organisme atau makhluk hidup. Sistem Pencernaan ebagai salah satu sistem dalam tubuh makhluk hidup dibangun oleh beberapa organ pencernaan mulai dari rongga mulut sampai ke muara pengeluaran. Setiap organ memiliki fungsi tertentu dan saling bekerjasama antara organ pencernaan yang satu dengan organ pencernaan lainnya untuk menyelesaikan tugas pencernaan. Apabila pencernaan di dalam rongga mulut terganggu akan menggaggung pada kerja pencernaan yang lain, menandkan kerja sustu sistem yang saling mempengaruhi untuk menyelesaikan tugas dan fungsinya. Secara implikatif memberikan gambran sebuah organisasi dalam kehidupan masyarakat bagaimana tanggungjawab setiap bagian organisasi masyarakat. Ada tujuan hidup bersama yang dapat dicapai bersama tanpa harus melupakan tugas dan tanggungjawab preibadi sebagai bagian dari anggota masyarakat. 

Penanaman nilai-nilai kepribadian menyangkut tanggungjawab sebagai personal memiliki tanggungjawab individu sekaligus sebagai anggota masyarakat memliki tanggungjawab sosial untuk mendukung tujuan hidup bersama. Jika sebagai pribadi kita melupakan tanggungjawabnya sebagai bagian anggota masyarakat, maka akan terganggu kehidupan dalam masyarakatnya.

Dikaji Kurikulum Khusus Pendidikan Reproduksi

Singkawang,- Pemerintah Kota Singkawang menilai perlunya kurikulum khusus di sekolah mengenai pendidikan reproduksi sejak usia dini sebagai salah satu upaya untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya memfungsikan organ tubuh itu secara tepat dan benar. "Pendidikan reproduksi itu harus. Tetapi disesuaikan dengan jenjang pendidikan siswa," kata Walikota Singkawang, Hasan Karman, saat menerima kunjungan Ikatan Penulis Keluarga Berencana (IPKB) Kalimantan Barat, Senin (31/3). Menurut dia, hal itu dilakukan agar siswa mendapat pemahaman mengenai persoalan reproduksi sesuai tingkat kedewasaan dan usia masing-masing. Selain itu, guru yang memberikan pengajaran harus memberikan pemahaman yang tepat supaya yang disampaikan tidak menimbulkan tanggapan yang berbeda dari siswa. "Mungkin saja pemahaman mengenai reproduksi itu dianggap tabu kalau penyampaiannya tidak dilakukan secara ilmiah," kata Hasan Karman. Ia menyadari bahwa perkembangan zaman dan arus informasi yang amat cepat ikut memengaruhi pola pikir generasi muda sehingga dapat memicu penyimpangan penggunaan alat kontrasepsi. Padahal, lanjutnya, alat kontrasepsi yang dijual secara bebas itu berkaitan dengan program pemerintah yang ingin menciptakan keluarga sejahtera melalui Program Keluarga Berencana (KB). "Kalau sudah memahami reproduksi secara tepat sejak usia dini, maka Program KB juga akan lebih mudah tercapai," katanya. KB Tionghoa Sementara itu Wakil Ketua IPKB Kalbar, Pranowo Adi mengatakan, Singkawang menarik minat IPKB seluruh Indonesia karena berhasil menggandeng warga dari etnis Tionghoa untuk menyukseskan Program KB. "IPKB yang terdiri atas para jurnalis dan bagian Hubungan Masyarakat (Humas) Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) seluruh Indonesia ingin melihat kondisi itu," kata Pranowo Adi yang juga reporter RRI Pontianak itu. Kunjungan ke Singkawang merupakan bagian dari Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IPKB di Pontianak tanggal 21 - 24 April. IPKB juga mengundang tokoh agama untuk mengkaji Program KB dari sudut pandang agama masing-masing. Menurut Pranowo Adi, meski menjadi bagian kecil dari sebuah program pemerintah, namun jurnalis memiliki andil untuk menggalang masyarakat menyukseskan rancangan itu. "Salah satunya Program KB. Karena kalau tidak ditangani secara tepat, masalah kependudukan akan semakin menghantui Indonesia di masa mendatang," kata Pranowo Adi.

PENDIDIKAN KEJURUAN HARUS DEMOKRATIS

Filosofi adalah apa yang diyakini sebagai suatu pandangan hidup yang diianggap benar dan baik. Dalam pendidikan kejuruan ada dua aliran filosofi yang sesuai dengan keberadaanya, yaitu eksistensialisme dan esensialisme. Eksistensialisme berpandangan bahwa pendidikan kejuruan harus mengembangkan eksistensi manusia untuk bertahan hidup, bukan merampasnya. Sedangkan esensialisme berpandangan bahwa pendidikan kejuruan harus mengaitkan dirinya dengan sistem-sistem yang lain seperti ekonomi, politik, sosial, ketenaga kerjaan serta religi dan moral. 

Karakteristik Pendidikan Teknologi dan Kejuruan 

Meskipun pendidikan kejuruan tidak terpisahkan dari sistim pendidikan secara keseluruhan, namun sudah barang tentu mempunyai kekhususan atau karakteristik tertentu yang membedakannya dengan pendidikan yang lain. Perbedaan ini tidak hanya dalam definisi, struktur organisasi dan tujuan pendidikannya saja, tetapi juga tercermin dalam aspek-aspek lain yang erat kaitannya dengan perencanaan kurikulum, yaitu : 

1. Orientasi pendidikannya 

Keberhasilan belajar berupa kelulusan dari sekolah kejuruan adalah tujuan terminal, sedangkan keberhasilan program secara tuntas berorientasi pada penampilan para lulusannya kelak dilapangan kerja 

2. Justifikasi untuk eksistensinya 

Untuk mengembangan PTK perlu alasan atau jastifikasi khusus yang ini tidak begitu dirasakan oleh pendidikan umum. Jastifikasi khusus adalah adanya kebutuhan nyata yang dirasakan di lapangan. 

3. Fokus kurikulumnya 

Stimuli dan pengalaman belajar yang disajikan melalui pendidikan kejuruan mencakup rangsangan dan pengalaman belajar yang mengembangkan domain afektif, kognitif dan psikomotor berikut paduan integralnya yang siap untuk dipadukan baik pada situasi kerja yang tersimulasi lewat proses belajar mapupun nanti dalam situasi kerja yang sebenarnya. Ini termasuk sikap kerja dan orientasi nilai yang mendasari aspirasi, motivasi dan kemampuan kerjanya. 

4. Kriteria keberhasilannya 

Berlainan dengan pendidikan umum, kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan kejuruan pada dasarnya menerapkan ukuran ganda yaitu in school succes dan out of school succes. Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan siswa dalam memenuhi persyaratan kurikuler yang sudah diorientasikan ke persyaratan dunia kerja, sedang kriteria yang kedua diindikasikan oleh keberhasilan atau penampilan lulusan setelah berada di dunia kerja yang sebenarnya. 

5. Kepekaannya terhadap perkembangan masyarakat 

Karena komitmen yang tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja, pendidikan kejuruan mempunya ciri lain berupa kepekaan atau daya suai yang tinggi terhadap perkembangan masyarakat dan dunia kerja. Perkembangan ilmu dan teknologi pasang surutnya dunia suatu bidang pekerjaan, inovasi dan penemuan-penemuan baru di bidang produksi barang dan jasa, semuanya itu sangat besar pengaruhnya terhadap kecenderungan perkembangan pendidikan kejuruan. 

6. Perbekalan logistiknya 

Dilihat dari segi peralatan belajar, maka untuk mewujudkan situasi atau pengalaman belajar yang dapat mencerminkan situasi dunia kerja secara realistis dan edukatif diperlukan banyak perlengkapan, sarana dan perbekalan logistik yang lain. Bengkel dan laboratorium adalah kelengkapan umum yang menyertai eksistensi suatu sekolah kejuruan. 

7. Hubungannya dengan masyarakat dunia usaha. 

Hubungan lebih jauh dengan masyarakat yang mencakup daya dukung dan daya serap lingkungan yang sangat penting perannya bagi hidup dan matinya suatu lembaga pendidikan kejuruan. Perwujudan hubungan timbal balik yang menunjang ini mencakup adanya dewan penasehat kurikulum kejuruan (curriculum advisory commite), kesediaan dunia usaha menampung anak didik sekolah kejuruan dalam program kerjasama yang memungkinkan kesempatan pengalaman belajar dilapangan. 

Konsekuensi 

Strategi pendidikan suatu bangsa semestinya ditentukan oleh konsep ideologi bangsa, bukan oleh konsep politik suatu pemerintahan. Sementara itu, konsep suatu bangsa atau negara harus diatur berdasarkan pertimbangan kondisi alam tempat bangsa itu hidup, dan ke arah mana bangsa itu akan dididik agar mampu hadir di tengah masyarakat dunia yang maju di jaman ini dan nanti. 

Ideologi bangsa Indonesia yang berakar dari kebangkitan nasional dimotivasi oleh kehendak untuk mengangkat martabat bangsa secara politik, ekonomi dan sosial melalui kemerdekaan, yang kemudian tertuang pada Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu, strategi dan program pendidikan seharusnya sejalan dengan tujuan untuk membangkitkan harkat manusia yang berbudaya agar mampu berpacu secara mental mengejar ketertinggalan dalam arena hidup di dunia tanpa menghilangkan kodratnya yang beragam. Setiap jenis kurikulum bukan menjadi tujuan, melainkan menjadi alat untuk mencapai tujuan. Dari sanalah seharusnya disusun strategi, program dan kurikulum pendidikan itu. 

Maksudnya, murid tidak dituntut untuk menguasai secara hafalan akan materi kurikulum, melainkan setiap materi kurikulum itu membantu murid agar memiliki nalar. Memaksa murid agar hafal semua materi kurikulum itu tidak menyebabkan mereka menjadi pintar dan cerdas. Cara demikian lebih mendorong murid menjadi "pengekor", bukan pemikir. Atau hanya menjadi karyawan bukan pengusaha/wiraswastawan yang mandiri. Memberi nilai tinggi kepada murid yang mampu menghafal sebetulnya merupakan sistem yang keliru. 

Jangan sampai kebijaksanaan program pendidikan kejuruan bertujuan murid mampu melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi, maka bobot kurikulum menjadi berat ke bidang akademik. Tujuan pendidikan kejuruan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia yang sesuai dengan filosofi pendidikan kejuruan terabaikan. Formulasi makna nasionalisme yang dituangkan dalam Pancasila menuntut sistem dan kurikulum yang seharusnya bermuatan untuk mengangkat martabat manusia agar beradab, demokratis dan sejahtera. Akan tetapi, apabila bobot kurikulum berat ke bidang akademik, hasilnya akan tidak ada bedanya dengan pendidikan umum. 

Penyeragaman jenis, tingkat dan materi kurikulum untuk seluruh sekolah di mana pun lokasinya, berakibat pada penyeragaman kualitas dan wawasan manusia. Akibat lanjutannya ialah memusnahkan keragaman manusia itu sendiri. Hal itu bertentangan dengan kodrat alam sebagai ciptaan Tuhan. Penggiringan murid untuk bercita-cita utama untuk menjadi pegawai negeri atau tenaga kerja melalui sistem dan proses pendidikan di sekolah, padahal sudah diketahui daya tampung sangat kecil, merupakan kesalahan besar. Meski sudah sering diomongkan bahwa bercita-cita menjadi pegawai oleh sekolah sejak dari tingkat dasar sampai ke tingkat tinggi adalah keliru, program pendidikan tidak memberikan pengertian serius kepada murid sejak dini. Cita-cita yang keliru itu dibiarkan berkembang terus. 

Sebagai contoh, pendidikan pada madrasah di jaman penjajahan, tidak menjuruskan murid agar mencari pekerjaan ke kantor. Murid disiapkan untuk hadir dalam masyarakat sebagai warga yang mandiri. Salah satu kurikulum yang penting ialah ilmu mantiq atau logika sehingga murid mampu mengadu argumentasi dari suatu kebenaran yang dianutnya, serta tidak menjadi masyarakat yang taqlid buta. 

Hal ini dapat dituangkan dalam kiasan "Dari pohon mangga jangan diminta buah rambutan. Tetapi jadikan setiap pohon menghasilkan buah yang manis." Maksudnya, agar pendidikan tidak membentuk murid menjadi manusia yang bercita-cita dan berpikir seragam, tetapi menjadikan mereka manusia yang berkualitas yang menurut kodratnya. Pendidikan jangan sampai berfungsi untuk menentukan pilihan hidup murid. Fungsi pendidikan kejuruan ialah membangkitkan minat murid agar berkemauan keras untuk memilih sendiri jalan hidupnya. Anak pegawai atau pedagang di kota dan anak petani di desa harus diberi bentuk pendidikan yang berbeda karena masing-masing memiliki kondisi dan latar belakang budaya yang berbeda. Ada banyak materi kurikulum yang dapat dan perlu sama. Namun, ada banyak pula materi kurikulum yang tidak boleh sama untuk tempat dan kondisi yang berbeda. 

Makna pendidikan nasionalisme dan kemerdekaan bangsa seperti yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, bukanlah semacam "barang" hafalan. Ia harus berfungsi membentuk watak bangsa melalui metode pendidikan aktif-kreatif agar nalar pemikiran dan amal perbuatan berkembang. Setiap materi kurikulum sejak SD sampai SMA tidak hanya berfungsi mengajarkan ilmu, melainkan juga meningkatkan akal budi. Kurikulum matematik sebagai contoh. Fungsinya untuk memberi latihan berpikir matematis, logis dan sistematis. Hafal rumus-rumus bukan suatu hal yang pantas untuk dinilai. Rumus biarkan dalam buku untuk dijadikan pedoman pada waktu diperlukan, seperti melihat kamus atau ensiklopedi. 

Ada baiknya jika ada sekolah yang mendidik anak pintar atau agar anak menjadi lebih pintar, tetapi bukan berarti seluruh sekolah melaksanakan program itu. Demikian pula jangan ada program untuk mendidik semua orang sama pintarnya. Untuk bangsa Indonesia yang hidup dalam alam tropis dan berbudaya, materi pendidikan yang utama diberikan ialah untuk mengubah watak budaya agar menjadi manusia berkemauan kerja keras, bermental ulet dan tekun. Disamping itu, perlu dipahami pula bahwa orang pintar yang bertabiat santai, tidak ada gunanya bagi mencapai cita-cita kemerdekaan bangsa. 

Dalam program pendidikan di Indonesia lebih diutamakan susunan dan materi kurikulum pendidikan akademik. Akibatnya, sering terjadi perubahan dan penambahan materi yang serba tanggung sehingga tidak efektif bagi peningkatan mutu pendidikan itu sendiri. Hal itu menjadi lebih buruk lagi hasilnya oleh sistem target dalam hal belajar mengajar dengan memakai standard NEM / NUAN tertinggi. Dalam Sistem NEM / NUAN mendorong siswa untuk memperoleh nilai akademik bukan tingkat penguasaan kompetensi seperti yang diharapkan dalam pendidikan kejuruan. Oleh karena itu, fungsi pendidikan sudah berubah dari tujuan mendidik murid menjadi memperalat murid demi memelihara "nama baik" sekolah. Dan secara tidak langsung telah memberi pelajaran kepada murid untuk melakukan manipulasi atau melakukan "jalan pintas". Padahal untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, NEM / NUAN tidaklah menentukan secara otomatis dapat melanjutkan ke perguruan tinggi. Mungkin karena perguruan tinggi tidak percaya pada mutu sekolah di bawahnya, kemampuan murid harus diuji lagi. 

Kebijaksanaan program pendidikan di Indonesia dinilai tidak proporsional dan juga kontroversial. Sejak dari tingkat SD, murid disiapkan agar mampu menaiki jenjang pendidikan yang paling tinggi. Konsekuensinya, perguruan tinggi dibangun sebanyak - banyaknya dan jurusan bidang studi diperluas sebanyak-banyaknya agar dapat menampung sebanyak - banyaknya mahasiswa. Tampaknya, seperti tidak terpikirkan berapa banyak kebutuhan riil dari pengguna jasa pada produk perguruan itu. 

Strategi Pendidikan Nasional 

Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dengan latar belakang budaya dan agama yang berbeda, situasi dan kondisi alam yang tidak sama serta lingkungan hidup yang berlainan sehingga watak manusianya pun berbeda. Ada beberapa hal yang sama padanya, yaitu letak geografis di alam khatulistiwa setidak-tidaknya menyamai posisi yang dimiliki bangsa-bangsa yang maju di bidang ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat saja dipelajari karena otak bangsa Indonesia tidak kalah mutunya dari bangsa mana pun, berkat rahmat Tuhan Yang Maha Adil. 

Manusia hidup dalam kondisi alam yang berbeda-beda. Oleh karena itu, manusia tidak bisa sama aktivitasnya. Alam yang keras memaksa manusia hidup dengan dinamika yang keras pula. Kalau tidak, mereka akan mati dimakan alamnya sendiri. Manusia yang hidup dalam alam yang lembut akan kalah bila berhadapan dengan manusia yang beralam keras. Seperti watak manusia yang dikatakan Thomas Hobbes, "Homo Homini Lupus", manusia adalah serigala bagi sesamanya. 

Karena tuntutan tidak tercapai sebagaimana yang diharapkan, orang pun menggunakan "jalan pintas" pula, yaitu melakukan aksi politik dengan mengadakan rapat, demonstrasi sampai ke pemberontakan di satu pihak, dan di pihak lain mengambil tindakan pragmatis dan berbagai manipulasi politik dan material untuk mengukuhkan kekuasaan dan kekayaan. Orang yang terdidik bekerja keras sama sekali tidak tertarik dengan cara-cara "jalan pintas" itu. Mereka inilah golongan yang mampu bertahan dalam hidupnya, tidak terombang-ambing oleh situasi ekonomi dan politik yang semrawut. 

Tuntutan pemilikan ilmu pengetahuan teknologi menuntut mental dan kemampuan kerja yang. Karena ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan mental disiplin sendiri, yang berakar pada etos kerja. Oleh karena itu, strategi dan program pendidikan kejuruan semestinya diimbangi dengan "Educational Value" untuk menguatkan atau mengubah mental. Strategi dan program pendidikan kejuruan perlu diiringi dengan sistem dan metode yang cocok, yaitu yang mampu membangkitkan vitalitas murni sebagai manusia merdeka, mandiri, berprestasi, aktif dan kreatif serta produktif. Agar setiap murid mampu memilih arah hidupnya sendiri atau tidak akan merasa gamang memasuki masyarakat setelah menyelesaikan setiap jenjang pendidikan. 

Perlu juga dilaksanakan kebijaksanaan untuk mengurangi jurusan bidang studi yang tidak relevan dan fungsional supaya tidak terjadi pemborosan dana yang terus menerus. Dana yang dihemat itu dapat digunakan untuk meningkatkan mutu sarana. 

Mengingat yang melanjutkan ke PT kurang dari 30 %, maka sebaiknya kurikulum yang sentralisasi hanya untuk PT saja atau SMA yang akan melanjutkan ke PT, sedangkan untuk sekolah kejuruan disarankan untuk menggunakan kurikulum yang bernuansa lokal (sesuai kebutuhan daerah setempat), sekali lagi karena anak-anak papua agar dapat bekerja didaerahnya dengan karakteristik yang tentunya berbeda dengan ana-anak Jakarta, atau bahkan berwira usaha sesuai kondisi darehnya. 

Beberapa langkah tersebut diatas diyakini penulis akan dapat menjadi landasan yang kuat bagi penentuan konsep pendidikan kejuruan kita dimasa yang akan datang, semoga!!